Kamis 25 Aug 2022 22:15 WIB

Tradisi Minum Teh Karak UEA yang Terdampak Inflasi dan Perang

Teh karak, salah satu suguhan yang sangat murah sehingga bisa dinikmati banyak orang

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Teh dan susu merupakan salah satu minuman terpopuler di dunia (Ilustrasi Teh Susu Panas)
Foto: Flickr
Teh dan susu merupakan salah satu minuman terpopuler di dunia (Ilustrasi Teh Susu Panas)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Dari belakang meja, Mustafa Moeen melihat banyak wajah warga Dubai yang lelah, lapar dan stres. Mereka sengaja datang ke kedainya untuk beristirahat dan menikmati secangkir karak atau teh susu manis khas Uni Emirat Arab (UEA).

Dulu minuman ini harganya hanya satu dirham. Namun sekarang, karena pasokan yang berkurang akibat invasi Rusia ke Ukraina, lonjakan harga tak terhindarkan. Moeen mengatakan, tidak punya pilihan selain menaikkan harga menjadi 1,50 dirham untuk racikannya.

"Semuanya menjadi lebih mahal bagi kami, susu, gula, kantong teh. Bahkan harga cangkir berlipat ganda," kata Moeen dari etalase satu kamar di Satwa, lingkungan yang ramai dengan pekerja Asia Selatan.

"Kami juga harus bertahan hidup," ujarnya.

Selama hampir dua dekade, minuman dengan racikan gula, susu dan teh yang dicampur rempah kapulaga ini sebagian besar memiliki harga yang sama, yakni satu koin dirham. Minuman ini adalah salah satu suguhan yang sangat murah sehingga bisa dinikmati banyak orang mulai dari orang-orang terkaya di dunia hingga pekerja migran bergaji rendah.

Pemerintah Teluk Arab yang kaya minyak telah menuai rejeki nomplok sejak pemulihan ekonomi dunia dari Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina mendorong harga energi global. Namun kenaikan inflasi telah menimbulkan korban.

Harga makanan pokok manis lainnya di Dubai senilai satu dirham, seperti es krim lembut McDonald's, baru-baru ini melonjak menjadi dua dirham. Waralaba McDonald's UEA mengatakan, telah membuat keputusan sulit karena lonjakan operasi, peralatan, tenaga kerja, dan biaya bahan baku. Sedangkan warga merasa semakin tercekik dengan lonjakan harga berbagai komoditas.

“Dalam lima tahun saya di sini, ini adalah waktu terburuk. Sewa, makanan, bensin, saya tidak bisa mengejar,” kata Arslan, sopir yang disewa dari provinsi Punjab Pakistan yang minum empat cangkir karak berkafein setiap hari untuk mengisi shift malam 12 jamnya. "Tidak ada cara untuk mengurangi," ujarnya.

Inflasi tahunan di Dubai meningkat ke rekor 7,1 persen bulan lalu. Menurut otoritas statistik emirat, harga konsumsi tumbuh paling cepat dalam makanan, transportasi, dan hiburan. Harga gas melonjak hampir 80 persen dari Januari hingga Juli.

Untuk melindungi warganya dari tekanan biaya, UEA mengumumkan akan menggandakan anggaran kesejahteraan bagi warga Emirat yang berpenghasilan rendah. Namun, banyak orang termiskin di negara itu bukan warga negara yang memenuhi syarat untuk mendapatkan tunjangan. Misalnya buruh migran dari India, Pakistan, dan negara lain yang bekerja keras berjam-jam untuk mendapatkan gaji yang tipis.

“Saya akan membayar 1,50, tak apa, tetapi semuanya bertambah,” kata Anayeg Ula, pengendara pengiriman makanan berusia 29 tahun dari Bangladesh, sedang istirahat menikmati karak di samping sepedanya.

“Saya datang ke sini untuk menghasilkan uang, bukan membelanjakannya," ujarnya.

Meskipun sederhana, secangkir karak berisi banyak cerita dalam sejarah UEA. Ledakan minyak tahun 1970-an membawa jutaan migran ke negara-negara Teluk Arab, bersama dengan preferensi teh mereka.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement