Selasa 30 Aug 2022 09:41 WIB

Pemkot akan Koneksikan Wisata Religi Makam Mbah Kapiludin dengan Bekas Lokalisasi Dolly

Sejak 1965 makam Mbah Kapiludin sudah diziarahi masyarakat setempat.

Warga melintas di sekitar kawasan eks lokalisasi Dolly, Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/11).
Foto: Republika/Prayogi
Warga melintas di sekitar kawasan eks lokalisasi Dolly, Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya di Provinsi Jawa Timur berencana menghubungkan kompleks Makam Mbah Kapiludin di Kupang Gunung Timur, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, dengan bekas area lokalisasi Dolly. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan bahwa Mbah Kapiludin merupakan salah satu ulama penyebar agama Islam.

"Ternyata Dolly dahulu tempat berkembangnya Islam. Ada makam penyebar agama Islam yang luar biasa dan ini sejarahnya berhubungan dengan Sunan Ampel dan Mbah Karimah, Kembang Kuning," kata Wali Kota dikutip dalam siaran pers pemerintah kota di Surabaya, Selasa (30/8/2022).

Baca Juga

"Berarti apa? Ini bisa dikembangkan wisata religinya, dicampur wisata yang ada di Dolly. Nah, ini yang akan kami koneksikan," tambah dia.

Menurut Ngadimin Wahab atau Abah Petruk, tokoh agama setempat, pada masa kawasan Kupang Gunung Timur masih berupa alang-alang, sudah banyak orang yang datang untuk berziarah ke Makam Mbah Kapiludin. "Jadi dulu di sini sebelum ada kampung, masih glagah-glagah bong, sudah ada makam Mbah Kapiludin. Jadi, sebelum ada perkampungan itu setiap malam Jumat legi, makam Mbah Kapiludin sudah disekar (diziarahi) orang," kata Abah Petruk.

Menurut dia, sampai sekarang Makam Mbah Kapiludin masih sering diziarahi oleh warga, utamanya warga di sekitar Putat Jaya. "Orang punya hajat sering mengadakan acara selamatan (kirim doa) di sini. Dulu yang punya lahan di sini sebelum meninggal saya sering dipanggil untuk acara pimpin doa selamatan," kata dia.

Sementara itu, Camat Sawahan M Yunus mengaku bahwa Mbah Kapiludin merupakan sesepuh yang ikut babat alas di kawasan Putat Jaya. "Informasi awal yang kita dapat, Mbah Kapiludin ini masih keturunan Mbah Karimah, Kembang Kuning," kata Yunus.

"Kalau tahun 1965 sudah diziarahi, berarti ini kan seng (yang) babat alas, karena dulu kawasan ini bong semua. Kan tidak ada salahnya kita menghormati sesepuh yang babat alas di sini," kata dia.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement