REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mugni Muhtaj
Kehidupan yang dikaruniakan Allah SWT sesungguhnya mengandung momen-momen terbaik. Adalah tugas kita memanfaatkan semua momen itu dengan baik. Kita perlu mensyukurinya agar kita bisa meraih keberhasilan yang cemerlang.
Hidup yang kita jalani dengan segala pernak-perniknya adalah momentum. Momentum hebat ini sepatutnya dimanfaatkan dengan cermat dan tepat. Kita diciptakan di dunia ini bukan hanya untuk makan. Makan pun bukan hanya untuk hidup. Seorang Muslim yang visioner hidupnya untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah-Nya di muka bumi. "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS al-Dzariat: 56).
Dalam ajaran agama Islam sungguh mengandung banyak momentum. Setiap perintah atau larangan adalah tantangan manifestasi ketaatan kita pada Sang Pencipta. Ada banyak maslahat dalam perintah. Banyak pula mudarat dalam setiap larangan.
Dalam ibadah seperti perintah shalat telah difirmankan Allah, "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." (QS Thaha: 14). Shalat adalah momentum yang tepat untuk mengingat Allah dan memperbaiki hubungan kita dengan-Nya. Menyia-nyiakan shalat sama artinya dengan menyia-nyiakan momentum itu.
Bulan Ramadhan adalah momentum puasa dan meningkatkan amalan saleh. Puasa Ramadhan juga momentum terbaik untuk meraih derajat takwa. "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS al-Baqarah 183).
Orang yang terbilang mampu secara fisik dan harta terhitung sudah wajib menunaikan haji ke Baitullah. Ini pun hakikatnya momentum tepat. Banyak orang menanti momentum itu. Lalu bagi yang sudah memiliki kelebihan tadi, mengapa harus menunggu hari tua? Belum tentu panjang umur. Belum tentu juga masih kuat. Apa dia bisa menjamin kalau hartanya tidak ludes?
Bertambahnya usia dengan pergantian tahun menuntut adanya resolusi terbaru dalam hidup. Kualitas hidup harus lebih baik. Urusan dunianya, terlebih lagi urusan akhirat. Harus ada target yang mesti dicapai. Harus ada perubahan yang signifikan. Semua momentum itu telah disediakan untuk kita supaya berlomba-lomba memperbanyak prestasi dan amal saleh.
Dalam hidup ini jangan pernah melewatkan peluang terbaik karena akan berujung penyesalan. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Tiada penyesalan yang paling besar pada hari kiamat, kecuali penyesalan berlalunya momentum beramal saleh.
Sesungguhnya, Nabi SAW memotivasi dan mewanti-wanti kita jangan sampai terlena dan terbiasa mengulur-ulur waktu. Sebab, waktu itu momen emas untuk melakukan hal sebisa mungkin. Waktu juga merupakan nikmat yang paling berharga yang kita miliki setelah hidayah.
Perhatikanlah hadis berikut: "Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu. Hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR Al Hakim dalam Al Mustadroknya).
Kita tidak sadar bahwa inilah momen terbaik yang kita punya untuk menambah pundi-pundi amal kita. Kita sering mengikuti rasa malas atau sengaja mengulur-ulur waktu, "masih ada hari esok". Padahal, membiarkan momentum itu lewat begitu saja dengan mengulur-ulur waktu, mengabaikan kesempatan, dan menghilangkan peluang sama artinya dengan mengundurkan keberhasilan itu sendiri.
Akan lebih baik seandainya kita terus-menerus mengasah diri dan mempertajam kepekaan atas setiap momentum yang menghampiri kita. Ingatlah bahwa apa pun yang kita lakukan dan sikapi terhadap kesempatan terbaik akan menentukan besar kecilnya kesuksesan yang kita petik, baik di dunia maupun di akhirat. n