REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Orang kafir pada masa lalu menyangka bahwa setelah mereka mati akan mendapatkan kesenangan di akhirat berupa harta dan anak keturunan. Karena itu mereka sombong dan enggan untuk membayar utangnya. Sebab mereka berkeyakinan nanti di akhirat mereka akan memiliki harta dan dengan harta itu mereka bisa melunasi utang-utangnya. Pada masa lalu ada seorang kafir bernama Al 'Ash bin Wa'il As Sahmi.
Ia memiliki utang kepada seorang sahabat nabi yakni Khabbab bin Al Arat. Khabbab adalah termasuk pemuda yang pertama memeluk Islam yang berprofesi sebagai pandai besi. Pada suatu hari, Khabbab mendatangi Al 'Ash untuk menagih utang. Namun demikian Al 'Ash tak juga mau membayarnya kepada Khabbab.
Bahkan Al 'Ash bersumpah tak akan membayar utang kepada Khabbab kecuali bila Khabbab mengingkari atau kafir kepada nabi Muhammad. Mendengar pernyataan Al 'Ash itu Khabbab dengan tegas mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah mengingkari Nabi Muhammad SAW sampai kapan pun. Bahkan kendati pun sampai mati dan dibangkitkan.
Mendengar pernyataan Khabbab, Al Ash pun bertanya-tanya apakah dirinya akan mati dan dibangkitkan sebagaimana disampaikan Khabbab. Khabbab pun mengiyakan bahwa Al Ash pun akan mari dan akan dibangkitkan.
Namun Al Ash justru justru mengolok-olok dengan berkata bahwa kelak di akhirat dirinya akan memiliki harta dan anak keturunan sehingga dapat melunasi utang-utangnya kepada Khabbab. Kisah ini dapat ditemukan juga dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits 3086 Al Alamiyah/3162 Maktabatu al Ma'arif Riyadh.
Dari peristiwa tersebut Allah SWT kemudian menurunkan sebuah ayat yakni Alquran surat Maryam ayat 77.
اَفَرَاَيْتَ الَّذِيْ كَفَرَ بِاٰيٰتِنَا وَقَالَ لَاُوْتَيَنَّ مَالًا وَّوَلَدًا ۗ
Lalu apakah engkau telah melihat orang yang mengingkari ayat-ayat Kami dan dia mengatakan, “Pasti aku akan diberi harta dan anak.”
Dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa pada ayat tersebuy Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW supaya memperhatikan bagaimana sombong dan angkuhnya orang kafir itu yang berani mengatakan bahwa di akhirat nanti mereka akan dianugerahi harta dan anak yang banyak.
Meskipun ucapan itu seakan-akan menunjukkan bahwa mereka mempercayai hari kebangkitan tetapi sebenarnya mereka tidak percaya sama sekali akan adanya hari kebangkitan. Ucapan seperti itu hanya sebagai cemoohan dan olok-olok terhadap kepercayaan orang mukmin dengan pengertian bahwa jika benar-benar Khabbab bin Arat percaya akan hari kebangkitan biarlah utangnya itu dibayar pada hari kebangkitan.
Sekarang dia tidak mau membayarnya karena Khabbab beriman dengan Muhammad. Cemoohan itu ditambah lagi dengan mengatakan bahwa dia akan kaya dan banyak anak nanti di akhirat. Alangkah beraninya dia mengada-adakan sesuatu yang tidak diketahuinya sama sekali, sedang dia sendiri mengingkari hal-hal yang gaib.