REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Iblis senantiasa melancarkan tipu daya dan perangkapnya dalam upaya menjerumuskan manusia ke jurang kehancuran. Iblis juga membuat tipu daya kepada semua orang dengan panjang angan-angan.
Dikutip dari buku Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi dengan pentahqiq Syaikh Ali Hasan al-Halabi, Syaikh Ibnul Jauzi berkata, Betapa sering perasaan cinta Islam terlintas dalam hati orang Yahudi dan Nasrani. Akan tetapi Iblis selalu mengendurkan semangat mereka dengan berbisik: “Janganlah terburu-buru, tetapi pikirkanlah terlebih dahulu!” Iblis terus membuat orang itu menunda-nunda keinginan masuk Islam, hingga dia mati dalam kondisi kafir.
Seperti itu pula yang dilakukan Iblis terhadap orang muslim yang gemar bermaksiat. Iblis terus membuatnya menunda-nunda bertaubat, sehingga menjadikan syahwat sebagai tujuan dan taubat sebagai angan-angan.
Betapa banyak orang yang bertekad sungguh-sungeuh kepada suatu kebaikan, namun Iblis selalu saja membuat dirinya menunda-nunda berusaha mewujudkan tekadnya. Betapa banyak pula yang berupaya menggapai keutamaan, tetapi Iblis terus mengendurkan semangatnya.
Kadang seorang faqih berniat kuat untuk mengulang ilmu yang dipelajarinya, namun Iblis berbisik kepadanya: “Istirahatlah.” Terkadang pula seorang ahli ibadah terjaga pada malam hari untuk melaksanakas shalat, namun Iblis menghasutnya: “Waktumu masih panjang.”
Iblis selalu membuat manusia suka bermalas-malasan, menunda amal, dan berangan-angan panjang.
Oleh karena itu, orang yang teguh hati harus bekerja dengan serius. Teguh hati artinya tidak membuang-buang waktu, tidak menunda pekerjaan, dan mengabaikan angan. Karena sesuatu yang ditakutkan tidak dapat dihindari, dan sesuatu yang sudah berlalu tidak dapat dikembalikan lagi.
Panjang angan-angan itu pemicu dari segala kelalaian di dalam kebaikan atau penyebab munculnya ketertarikan untuk melakukan keburukan. Orang-orang mungkin saja berkata dalam hati supaya dirinya menjauhi keburukan dan fokus kepada kebaikan, hanya saja dia perlu lebih berusaha dalam mempersiapkan diri untuk melakukan semua ini.
Tidak diragukan bahwa sesiapa yang berangan-angan dapat berangkat pada siang hari, niscaya dia akan berjalan dengan santai. Adapun siapa yang berangan-angan ingin bertemu esok hari, malam harinya dia akan beramal dengan santai. Tetapi sesiapa yang membayangkan kematian segera tiba atau dapat menjemput dirinya kapan saja, niscaya dia akan bersungguh-sungguh dalam beramal.
Nabi ﷺ pernah bersabda:
صل صلاة مودع
“Shalatlah kamu seperti shalatnya orang yang berpamitan (hendak meninggalkan dunia).” (HR Al-Bukhari, Ibnu Majah, Ahmad dan Abu Nu\'aim)
Seorang Salaf mengatakan: “Aku peringatkan kalian dari kata ‘nanti,’ karena ia bagian dari pasukan Iblis yang paling berbahaya.”
Perumpamaan seorang yang beramal dengan teguh hati dan orang yang diam karena panjang angan-angan seperti kaum yang berada di tengah perjalanan, kemudian mereka memasuki suatu perkampungan.
Orang yang berteguh hati membeli segala keperluan supaya dapat segera meneruskan perjalanan, lalu dia pun duduk dan bersiap-siap untuk itu.
Sementara orang yang cenderung diam atau tidak mau melakukan apa-apa, yang lalai, akan bergumam: ‘Aku akan bersiap-siap, tetapi singgah dahulu selama sebulan.’
Maka tatkala terompet tanda meneruskan perjalanan ditiup, orang yang sudah bersiap-siap pun merasa senang lantaran sudah duduk dan tinggal berangkat. Sedangkan orang yang menunda-nunda dan bersikap lalai, dia merasa amat sedih karena belum siap sama sekali.
Demikian perumpamaan manusia di dunia. Di antara mereka ada yang bersiap-siap dan senantiasa dalam kondisi terjaga. Hingga ketika malaikat maut datang menjemput, dia tidak merasa menyesal. Namun di antara mereka juga ada yang teperdaya oleh dunia serta suka menunda-nunda sesuatu, maka orang inilah yang akan menenggak getirnya penyesalan ketika ajal menjemput.
Apabila sikap menunda-nunda dan panjang angan-angan sudah menjadi tabiat seseorang, maka mujahadah (bersikap sungguh-sungguh) akan sulit dilakukan.
Siapa yang sadar diri, tentulah dia tahu bahwa dirinya tengah berada di medan pertempuran. Musuh tidak pernah lelah untuk menghancurkan dirinya. Meski secara zhahir musuhnya kelihatan lemah, namun sebenarnya musuh ini (Iblis serta bala tentaranya) memendam tipu daya dan juga memasang jebakan untuknya.
Kita memohon keselamatan kepada Allah Azza wa Jalla dari tipu daya atau talbis Iblis, godaan syaitan, pun dari keburukan jiwa dan dunia. Sesungguhnya Dia itu Mahadekat, Maha Memperkenankan permohonanSemoga Allah berkenan menjadikan kita semua termasuk golongan orang-orang mukmin, yang beriman secara murni kepada-Nya.