Sabtu 10 Sep 2022 15:01 WIB

AS Tawarkan Hadiah 40 Ribu Dolar untuk Buronan Malaysia

Kontraktor Malaysia jadi buronan AS karena terlibat kasus suap dalam proyek militer

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Kontraktor Malaysia jadi buronan AS karena terlibat kasus suap dalam proyek militer. Ilustrasi.
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Kontraktor Malaysia jadi buronan AS karena terlibat kasus suap dalam proyek militer. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lembaga penegak hukum Amerika Serikat (AS) menawarkan hadiah sebesar 40 ribu dolar AS bagi siapapun yang dapat memberikan informasi terkait seorang buronan kontraktor pertahanan Malaysia. Ini merupakan salah satu skandal penyuapan terbesar dalam sejarah militer AS.

Leonard Glenn Francis yang dikenal sebagai “Fat Leonard” melarikan diri awal bulan ini setelah memotong monitor GPS yang terpasang di pergelangan kakinya. Dia dijadwalkan menghadiri sidang vonis pada akhir September setelah mengaku bersalah pada 2015 atas perannya dalam kasus suap senilai 35 juta dolar AS yang melibatkan pejabat senior Angkatan Laut AS.

Baca Juga

"Total hadiah 40 ribu dolar AS (masing-masing 20 ribu dolar AS) ditawarkan oleh US Marshals Service dan NCIS (Naval Criminal Investigative Service) untuk informasi yang secara langsung membantu dalam penangkapan Francis,” kata pernyataan US Marshals Service, dilansir Aljazirah, Sabtu (10/9/2022).

Francis menghadapi hukuman penjara hingga 25 tahun ketika dia memutuskan monitor GPS yang dipasang di pergelangan kakinya pada 4 September 2022 dan melarikan diri. Sebelumnya Francis diizinkan tetap berada di sel tahanan untuk menerima perawatan medis. Dia bekerja sama dengan jaksa membantu mengamankan 33 dari 34 terdakwa, termasuk puluhan perwira Angkatan Laut AS yang terlibat korupsi.

Warga di sekitar tempat tinggal Francis mengatakan kepada polisi, mereka melihat truk U-Haul datang dan pergi dari rumah Francis di San Diego beberapa hari sebelum dia menghilang. Pada 2015 Francis mengaku bersalah karena menawarkan layanan prostitusi, perjalanan dan hotel mewah, termasuk makanan mewah dan suap senilai lebih dari 500 ribu dolar AS kepada pejabat Angkatan Laut AS dan lainnya.

Suap tersebut untuk membantu perusahaan servis kapalnya yang berbasis di Singapura, Glenn Defense Marine Asia Ltd. atau GDMA, mendapatkan kontrak dengan Angkatan Laut AS. Jaksa mengatakan perusahaan itu kemudian membebankan biaya berlebihan kepada Angkatan Laut setidaknya 35 juta dolar AS untuk melayani kapal-kapal AS. Sebagian besar kapal diarahkan ke pelabuhan-pelabuhan yang dikendalikan oleh Francis di Pasifik dengan bantuan pejabat yang menerima suap.

Sepuluh agen AS dikerahkan untuk mencari Francis. Namun para pejabat menduga Francis mungkin sudah berada di Meksiko atau dalam perjalanan kembali ke Asia. Pihak berwenang AS telah mengeluarkan red notice untuk Francis dan meminta penegak hukum di seluruh dunia untuk menangkapnya dengan kemungkinan ekstradisi. Malaysia dan Singapura memiliki perjanjian ekstradisi dengan AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement