REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA mengatakan, perasaan cinta orang tua kepada anak perlu diungkapkan. Baik dengan lisan maupun dengan perbuatan keseharian. Itulah yang dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
"Banyak orang tua yang mengeluhkan sikap anaknya yang terlihat lebih dekat dengan teman-teman yang baru dikenalnya. Bahkan lebih mendengar apa kata temannya, dibanding nasehat ayah dan ibunya yang telah belasan tahun hidup bersamanya. Bisa jadi pemicu munculnya sikap aneh ini adalah: karena anak tidak merasakan kasih sayang orang tuanya," kata Ustadz Abdullah dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan,
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju pasar Bani Qainuqa’, sembari berpegangan pada tanganku. Beliau berjalan mengelilingi pasar, kemudian pulang dan duduk di masjid sambil merangkul lutut. Beliau bertanya, “Mana si kecil nan lucu itu? Tolong panggilkan dia kemari”. Al-Hasan pun datang berlarian dan langsung melompat ke pangkuan beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menciuminya dan berdoa tiga kali,
"اللهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّهُ"
“Ya Allah, sungguh aku mencintainya. Maka cintailah dia dan cintailah setiap orang yang mencintainya”. HR. Ahmad dan sanadnya dinilai hasan oleh al-Arna’uth.
"Hadits ini mengajarkan pada kita bagaimana perasaan cinta kepada anak perlu diungkapkan secara verbal dan juga diungkapkan dengan sikap serta perbuatan. Beliau mengucapkan doa di atas dan didengar oleh cucunya. Ini adalah ungkapan cinta dengan kata. Adapun ungkapan cinta dengan sikap dan perbuatan adalah: sikap beliau mencari keberadaan cucunya, memangkunya, serta menciumnya," papar Ustadz.
Selain hadits di atas juga ada hadits lain yang disampaikan oleh al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu,
" رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعًا الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ عَلَى عَاتِقِهِ وَهُوَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ "
'Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan al-Hasan bin Ali di pundak beliau, sambil berdoa, “Ya Allah, sungguh aku mencintainya, maka cintailah ia”.'HR. Muslim.
Ustadz Abdullah mengatakan, selain doa, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengungkapkan cintanya dengan menggendong cucunya di pundak beliau. Bahkan saat menaiki kendaraan pun, beliau kerap memboncengkan anak-anak di tunggangannya. Sebagai salah satu bentuk ungkapan kasih sayang beliau kepada mereka.
عَنِ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: \"كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَبَّى فِي الْحَجِّ حَتَّى رَمَى الْجَمْرَةَ يَوْمَ النَّحْرِ "
Al-Fadhl bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bertutur, “Aku pernah dibonceng Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat beliau menunaikan ibadah haji. Beliau bertalbiyah hingga melempar jumrah di hari Idul Adha”. HR. Ahmad dan dinilai sahih oleh al-Arna’uth.
"Perasaan cinta dalam hati orang tua perlu diungkapkan kepada anak. Baik secara lisan maupun perbuatan. Sebab jika anak menyadari betapa besar kecintaan ayah dan ibu kepadanya, diharapkan anak akan lebih merasa dekat dengan orang tuanya. Dengan demikian ia akan lebih mudah diarahkan dan dinasehati," kata Ustadz Pendakwah lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah ini.