Sabtu 01 Oct 2022 15:36 WIB

Tapak Tilas 67 Tahun Saburmusi NU dan 3 Rekontekstualisasi Peran

Sarbumusi NU berkomitmen menjadi bagian dari pilar pembangunan

Red: Nashih Nashrullah
Presiden Konfederasi Sarbumusi NU, Irham Ali Saifudin, saat tapak tilas 67 tahun Saburmusi NU. Sarbumusi NU berkomitmen menjadi bagian dari pilar pembangunan
Foto: Dok Istimewa
Presiden Konfederasi Sarbumusi NU, Irham Ali Saifudin, saat tapak tilas 67 tahun Saburmusi NU. Sarbumusi NU berkomitmen menjadi bagian dari pilar pembangunan

Oleh: Irham Ali Saifuddin*

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Tepat 67 tahun lalu, yaitu 27 September 1955 Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) lahir di Pabrik Gula Tulangan, Sidoarjo. 

Baca Juga

Di tempat ini lah kami memperingati Puncak Harlah dengan "Tapak Tilas" bukan saja berefleksi tentang bagaimana serikat ini dilahirkan, tetapi juga mencari berkah dari para pendiri.  

Sarbumusi pernah menjadi serikat terbesar di Indonesia setelah SOBSI-nya PKI di masa Orde Lama. Ketika pemberlakuan organisasi tunggal oleh Orde Baru, hampir semua serikat tiarap, bahkan tidur permanen dan tidak pernah bangun lagi setelahnya. 

Tetapi tidak dengan Sarbumusi. Serikat ini terbangun dari mati surinya di era pasca-Reformasi dan perlahan bertansformasi menjadi the "Big Six" union di Indonesia di tangan dingin Presiden Syaiful Bahri Anshori. 

Tapak Tilas 67 tahun Sarbumusi ini sengaja dilakukan persis di tempat kelahirannya, Pabrik Goela Sidoarjo sebagai penanda ghiroh simbolik untuk ikhtiar kebangkitannya. 

Kebangkitan Sarbumusi harus menjadi bagian dari kebangkitan Nahdlatul Ulama memasuki Abad Keduanya (NU Centenary) beberapa bulan lagi. 

Sesuai dengan 3 Pilar Kebangkitan Abad Kedua yang dicanangkan PBNU, Sarbumusi akan merekontekstualisasikannya kedalam dunia kerja.

Pertama, rekontekstualisasi nahdlatul tujjar atau kebangkitan ekonomi. Sarbumusi akan memastikan kaum buruh tidak akan ditinggalkan dan harus menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi. 

Tidak boleh lagi ada investasi yang menghasilkan intoleransi ekonomi. Hak-hak buruh harus ditegakkan sama tegak dengan fondasi ekonomi itu sendiri. 

Kedua, rekontekstualisasi tashwirul afkar atau pemikiran. Dalam konteks ketenagakerjaan, Sarbumusi akan melahirkan pemikiran-pemikiran alternatif dan mendorong kontrak-kontrak sosial baru di tengah hempasan megatrend yang mengharuskan kita semua bertansformasi secara produktif dan kolaboratif. 

Ketiga, rekontekstualisasi global leadership yang mengakar pada tradisi. Dalam konteks ketenagakerjaan, Sarbumusi ingin menginisiasi kiprah global yang strategis. 

Salah satunya serikat buruh NU ini akan mengkonsolidasi kekuatan serikat-serikat buruh di negara-negara berbasis Muslim (OKI) untuk membangun kekuatan baru. 

Sarbumusi akan menggalang strategic global engagement untuk melihat problematika global ketenagakerjaan sebagai bagian dari persoalan peradaban global yang harus dicarikan solusinya. 

Ulthuf bina ya Allah...  

*Presiden Konfederasi Sarbumusi NU   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement