REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh Expert Council on Integration and Migration (SVR) menyatakan sikap anti-Muslim tersebar luas di Jerman. Hampir 48 persen responden mengatakan mereka percaya Islam tidak sesuai dengan masyarakat Jerman.
Sementara 29 persen menyarankan untuk membatasi praktik Islam di negara tersebut. “Sikap negatif terhadap Islam tersebar luas di semua kelompok yang diteliti – orang dengan dan tanpa latar belakang migrasi,” kata para peneliti dalam laporan mereka dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (6/10/2022).
Hampir 44 persen orang Jerman yang disurvei berpendapat organisasi Muslim harus diawasi oleh badan keamanan negara, sementara hanya 16 persen yang menentang langkah tersebut. Sikap anti-Islam sedikit lebih umum di antara para migran yang tiba di Jerman dari negara-negara non-Muslim.
Orang-orang yang memiliki kontak sosial dengan Muslim, bagaimanapun, cenderung tidak memiliki sikap anti-Islam. Studi SVR juga menganalisis sikap anti-Semit di Jerman dan menyimpulkan anti-Semitisme tersebar luas di antara orang Jerman dan komunitas migran di negara itu.
“Sikap negatif terhadap orang-orang dari agama Muslim dan Yahudi memecah-belah dan merusak kohesi sosial. Namun, sikap semacam ini tidak hanya dimiliki oleh orang-orang tanpa latar belakang migrasi, tetapi juga oleh orang-orang dengan riwayat migrasi,” kata laporan itu.
SVR menyerukan tindakan yang lebih kuat untuk melawan sikap anti-Muslim dan anti-Semit di semua kelompok penduduk, dengan mempromosikan kontak antarbudaya dan kerja anti-diskriminasi. Antara lain, komunitas agama perlu lebih terlibat, dialog antaragama dan bentuk interaksi terkait juga dapat berkontribusi untuk mengurangi prasangka.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 84 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Menurut angka resmi, sebanyak 4,7 juta muslim tinggal di Jerman.
Negara ini telah menyaksikan meningkatnya rasisme dan Islamofobia dalam beberapa tahun terakhir. Sikap tersebut didorong oleh propaganda kelompok dan partai sayap kanan yang telah mengeksploitasi krisis pengungsi dan berusaha memicu ketakutan terhadap imigran.
Pihak berwenang Jerman mencatat setidaknya 662 kejahatan kebencian Islamofobia pada 2021. Lebih dari 46 masjid diserang antara Januari dan Desember tahun lalu, dan setidaknya 17 orang menderita luka-luka akibat kekerasan anti-Muslim.