REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mengatakan, targetnya Indonesia terbebas dari stunting pada tahun 2024. Hal ini disampaikannya dalam acara Halaqah Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Dai dan Daiyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Istana Wakil Presiden, Kamis (6/10/2022).
Hasto mengatakan, ukuran keberhasilan bagi sebuah negara dapat dilihat dari Human Capital Index (HCI), sebuah negara dikatakan maju jika masyarakatnya panjang umur, sehat dan produktif. Maka, telah menjadi cita-cita dan target bersama untuk mewujudkan generasi yang unggul.
"Sesuai dengan arahan presiden dan wakil presiden agar kita bisa terbebas dari stunting di tahun 2024 menuju angka 14 persen, kita tahu sekarang angkanya masih 24,4 persen, dan WHO memberikan standar maksimal 20 persen," kata Hasto di Istana Wakil Presiden, Kamis (6/10/2022).
Ia menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan berkembang yang dialami oleh anak-anak karena kurangnya asupan gizi dan kurangnya sehat karena penyakit infeksi berulang. Stunting juga terjadi karena adanya pengasuhan yang tidak optimal terutama di 1.000 hari kehidupan pertama mulai dari pertemuan sel telur dan sperma sampai umur dua tahun.
Ia menambahkan, dampak dari stunting adalah perkembangan tinggi badan yang tidak optimal sehingga menjadi pendek dan kecerdasannya tidak optimal.
"Sehingga stunting pasti pendek tapi pendek belum tentu stunting, stunting pasti kurang cerdas, tapi kurang cerdas belum tentu stunting," ujar Hasto.
Hasto mengatakan, dampak stunting selanjutnya adalah kurang sehat. Sebab, orang stunting kondisi metabolismenya berbeda, sehingga pada usia 40 tahun ke atas sudah mengalami penyakit noninfeksi, seperti kencing manis, darah tinggi, dan lain sebagainya.