Jumat 07 Oct 2022 14:24 WIB

Korsel dan AS Lakukan Latihan Bersama dengan Kapal Induk AS

Korsel dan AS memulai latihan maritim bersama dengan kapal induk AS

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan maritim bersama dengan kapal Induk USS Ronald Reagan
Foto: imgkid.com
Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan maritim bersama dengan kapal Induk USS Ronald Reagan

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan maritim bersama dengan kapal induk AS, Jumat (7/10/2022). Latihan ini terjadi sehari setelah kedua negara sekutu mengerahkan jet tempur sebagai reaksi terhadap uji coba rudal Korea Utara (Korut).

Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan, latihan maritim akan berlangsung di perairan lepas pantai timur Korsel pada 7-8 Oktober. Latihan tersebut dilakukan setelah Korut meluncurkan sepasang rudal balistik ke laut pada Kamis.

"Kami akan terus memperkuat kemampuan operasional dan kesiapan kami untuk menanggapi setiap provokasi oleh Korut melalui latihan bersama dengan USS Ronald Reagan Carrier Strike Group," kata Kepala Staf Gabungan Korsel.

Pasukan AS telah berpartisipasi dalam latihan pertahanan rudal trilateral dengan kapal perang dari Jepang dan Korsel pekan ini. Langkah itu didorong oleh peluncuran sebelumnya oleh Korut di sebagian wilayah Jepang.

Pejabat senior pertahanan dari Jepang, Korsel dan AS masih membahas perkembangan terbaru pada Jumat. Mereka mengutuk peluncuran Korut dan menyetujui bahwa latihan maritim trilateral baru-baru ini telah meningkatkan kemampuan mereka untuk menanggapi Korut.

Uji tembak senjata Korut terdiri dari sedikitnya delapan jet tempur dan empat pengebom yang mendorong Korsel untuk mengerahkan 30 pesawat tempur. Pesawat-pesawat tempur menyerbu setiap sisi perbatasan yang dijaga ketat di tengah meningkatnya ketegangan atas serangkaian uji coba rudal oleh Pyongyang.

Pada Kamis, Korut mengecam AS karena memposisikan ulang kapal induk di dekat semenanjung. Menurut pemerintah yang dipimpin Kim Jong-un hal itu ancaman serius bagi stabilitas situasi di kawasan.

Dalam pernyataan itu, kementerian luar negeri Korut juga mengkritik Washington karena mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa atas peluncuran tersebut. Pada Rabu lalu, AS menuduh Cina dan Rusia membela pemimpin Kim Jong-un dengan menghalangi upaya untuk memperluas sanksi DK PBB terhadap Pyongyang karena senjata nuklir dan program rudal balistiknya.

Utusan Rusia menyebut sanksi baru adalah jalan buntu. Sedangkan Cina mengatakan negaranya lebih memilih untuk fokus pada langkah-langkah konstruktif untuk mengurangi ketegangan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement