Rabu 12 Oct 2022 14:28 WIB

HUT Jatim ke-77, Momentum Kembangkan Inisiatif, Kolaboratif, dan Inovatif

Daya kolaborasi adalah kehendak kuat yang diterjemahkan dalam tindakan nyata

Rep: dadang kurnia/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat memimpin upacara perayaan HUT ke-77 Jatim di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (12/10/2022).
Foto: istimewa
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat memimpin upacara perayaan HUT ke-77 Jatim di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (12/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut, momen perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Jatim ke-77 menjadi momentum mengembangkan kembali daya inisiatif, kolaboratif, dan inovatif di tengah zaman yang terus bergerak. lnisiatif, kata Khofifah, adalah pendekatan atau jalan baru yang segar untuk menghadap segenap persoalan.

Khofifah melanjutkan, daya kolaborasi adalah kehendak kuat yang diterjemahkan dalam tindakan nyata untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dalam menyelesaikan masalah. Sementara Inovasi adalah implementasi praktis dari suatu gagasan yang baru untuk menyelesaikan persoalan.

Baca Juga

"Ketiga hal ini menjadi keharusan dalam semangat zaman saat ini. Karena pergerakan gagasan, jasa, barang, perdagangan, data, dan informasi antar kota, antar bangsa dan negara adalah keniscayaan umat manusia," kata Khofifah saat upacara perayaan HUT ke-77 Jatim di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (12/10/2022).

Khofifah melanjutkan, karakter IKI (inisiatif, kolabiratif, dan inivatif) perlu terus ditumbuhkan dalam menghadapi zaman dengan tantangan-tantangan yang tidak mudah dan sifatnya mendunia. Di tengah pemulihan kehidupan masyarakat dari gelombang pandemi Covid-19, dunia saat ini menghadapi ancaman baru.

Ancaman yang dimaksud adalah krisis pangan, krisis energi, serta krisis keuangan yang bahkan berpotensi mendorong terjadinya resesi dunia. Adapun di antara penyebabnya adalah perang Rusia-Ukraina serta perubahan iklim yang membutuhkan transformasi besar dalam bidang energi baru terbarukan (renewable energy).

"Semua hal itu terkait dengan tantangan yang tidak berhentinya waktu demi waktu. Kita perlu melakukan perubahan cara pandang, perubahan cara kerja, perubahan sikap, perubahan mental, dan perubahan aksi," ujarnya.

Khofifah mengingatkan, Jawa Timur memiliki sejarah yang kaya terkait riwayat hidup parabpejuang yang dapat menjadi inspirasi dalam penguatan karakter lKl. Jatim disebutnya memiliki khazanah sejarah yang kayavdari kisah-kisah para pendiri bangsa dan pejuang bangsa yang berkarakter lKl.

"Ketiga karakter ini adalah karakter utama dari figur dan sosok penggerak dan pengubah zaman. Karakter yang saya sebut sebagai karakternya sosok game changer. Sosok game changer yang dibutuhkan pada zaman yang tengah berada di persimpangan antara maju dan mundur, antara hidup dan mati, antara dinamis atau statis," kata Khofifah.

Sosok pertama, kata Khofifah, ada Dr. Soetomo, pendiri organisasi Boedi Oetomo. Pahlawan Naional asal Nganjuk, Jawa Timur ini adalah sosok game changer yang pertama kali memiliki inisiatif untuk menggerakkan kesadaran awal kebangsaan nasional.

Kemudian ada Presiden Republik lndonesia yang pertama, sekaligus Proklamator Kemerdekaan Rl yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur, bernama lr Sukarno. Menurut Khofifah, beliau adalah sosok game changer besar. Game changer yang mengubah jalannya riwayat bangsa Indonesia, bahkan dunia.

"Bung Karno dengan kekuatan daya cipta yang dimiliki memunculkan inisiatif baru yakni ide Persatuan Nasional. lde yang selanjutnya dalam dasar negara kita Pancasila kemudian menjelma menjadi Persatuan lndonesia," ujarnya.

Selanjutnya ada tokoh kelahiran Jombang, KH. Abdul Wahab Hasbullah, yang dikenal memiliki daya cipta dan karakter luar biasa yang mengubah perjuangan dan membuka gerbang Republik. Kyai Wahab dengan intelektualitas dan karakternya yang kuat, kata Khofifah, mampu membuka inisiasi kemerdekaan berpikir dalam kalangan santri lndonesia dengan inovasinya melalui organisasi Tashwirul Afkar, sebagai pilar penting dari Nahdlatul Ulama.

Ketika pemimpin gerakan nasionalis lndonesia, Bung Karno ditangkap, dan geliat kebangsaan sedang mengalami represi besar-besaran oleh kolonialisme, Ia mengerahkan daya ciptanya untuk menggubah lagu Yalal wathon. Lagu yang tidak hanya memiliki nilai estetik dan heroik yang tinggi, namun juga berisi kode-kode kultural yang tidak terdeteksi ole Belanda sebagai tandabuntuk membangun kolaborasi memperjuangkan kembali ke-Indonesia-an.

"Tantangan saat ini adalah kita perlu mendorong lahirnya game changers baru yang terutama dengan daya kreativitasnya, daya lKl-nya mampu memberikan perubahan bermakna dalam kehidupan kita. Terutama pada era revolusi teknologi 4.0, 5.0, serta 6.0," kata Khofifah.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement