Kamis 13 Oct 2022 20:55 WIB

IEA: Pemangkasan Produksi Minyak OPEC+ Bisa Picu Resesi Global

Keputusan OPEC+ dapat memperburuk situasi dunia yang sudah di ambang resesi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Logo OPEC
Foto: AP Photo/Ronald Zak
Logo OPEC

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – The International Energy Agency (IEA) mengkritik keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak plus mitra (OPEC+) memangkas produksi minyak hingga 2 juta barel per hari (bph). Mereka menilai, hal itu dapat mendorong ekonomi global ke dalam resesi.

“Kemerosotan ekonomi yang tak henti-hentinya dan harga lebih tinggi yang dipicu oleh rencana OPEC+ untuk memangkas pasokan memperlambat permintaan minyak dunia,” kata IEA yang berbasis di Paris, Prancis, Rabu (12/10/2022).

IEA, yang anggotanya mencakup Amerika Serikat (AS) dan negara-negara konsumen utama lainnya memperingatkan bahwa keputusan OPEC+ dapat memperburuk situasi dunia yang sudah di ambang resesi. "Dengan tekanan inflasi yang tak henti-hentinya dan kenaikan suku bunga, harga minyak yang lebih tinggi dapat membuktikan titik kritis bagi ekonomi global yang sudah di ambang resesi," kata IEA.

Sementara itu, Arab Saudi membela keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak. Riyadh membantah terdapat motif politis di balik langkah tersebut.

“Keputusan OPEC+ murni ekonomi dan diambil dengan suara bulat oleh negara-negara anggota. Anggota OPEC+ bertindak secara bertanggung jawab dan mengambil keputusan tepat,” kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, Selasa (11/10/2022), dilaporkan laman Al Arabiya.

Terkait kritik tajam AS atas keputusan OPEC+, Pangeran Faisal menekankan hubungan negaranya dengan Washington bersifat strategis. “Hubungan kami dengan AS telah dikembangkan sejak terbangun,” ucapnya.

Berbeda dengan pernyataan Riyadh, Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan akan meninjau kembali hubungan dengan Saudi. “Kami sedang meninjau di mana kami berada; kami akan mengawasi dengan cermat, berbicara dengan mitra dan pemangku kepentingan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, Selasa lalu.

Dia mengungkapkan, sebelumnya Biden telah berbicara tentang perlunya “mengkalibrasi ulang” hubungan dengan Saudi untuk melayani AS lebih baik. Menurut Price, posisi tersebut terbentuk menyusul langkah OPEC+ memangkas produksi minyak hingga 2 juta bph. “Prinsip panduan kami adalah memastikan bahwa kami memiliki hubungan yang melayani kepentingan kami. Ini bukan hubungan bilateral yang selalu melayani kepentingan kami,” ucap Price.

Sementara itu, akhir pekan lalu, Rusia memuji keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak hingga 2 juta bph. “Ini setidaknya menyeimbangkan kekacauan yang disebabkan oleh Amerika,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Ahad (9/10/2022)

Menurut Peskov, AS mulai kehilangan ketenangannya atas keputusan OPEC. Hal itu tampak karena Washington berusaha memompa cadangan minyaknya ke pasar global. “Mereka mencoba memanipulasi dengan cadangan minyak mereka dengan melemparkan volume tambahan ke pasar. Permainan semacam itu tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik,” kata Peskov.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement