Berdasarkan hasil survei OCBC NISP Financial Fitness Index 2022, hanya terdapat 41 persen masyarakat Indonesia yang memiliki dana darurat cukup, apabila terjadi krisis ekonomi. Menabung dana darurat memang bukanlah hal yang mudah. Kuncinya adalah konsisten dan mengetahui risiko profil masing-masing.
"Untuk individu single, kebutuhan dana daruratnya minimal 3- 4 kali dari pengeluaran bulanan, dan individu sudah menikah, kebutuhan dana daruratnya minimal 6 kali dari pengeluaran bulanan," ujar Retail Proposition Division Head Bank OCBC NISP Chinni Yanti Tjhin dalam diskusi bertajuk Sigap Siapkan Dana Darurat di Jakarta, pertengahan Oktober 2022.
Lalu, lanjut Chinni, untuk individu sudah menikah dan memiliki satu anak, kebutuhan dana daruratnya minimal 9 kali dari pengeluaran bulanan dan individu sudah menikah dan memiliki dua anak, kebutuhan dana daruratnya minimal 12 kali dari pengeluaran bulanan.
"Sebagai langkah pertama yang perlu dilakukan adalah cek kondisi finansial Anda, dengan begitu Anda dapat mengetahui anggaran keuangan dan catatan keuangan harian. Sehingga mengetahui berapa kemampuan menabung per bulan," jelas Chinni.
Chinni melanjutkan, seorang individu dapat membagi pendapatan atau gaji bulanannya dengan presentase 50 persen untuk biaya hidup yang meliputi kebutuhan pangan, sandang, papan, cicilan hingga asuransi. Kemudian, sebesar 30 persen untuk keinginan seperti rekreasi, liburan, biaya streaming online, dan 20 persen untuk tabungan dana darurat, investasi, maupun dana pensiun.
Sebelum menabung untuk dana darurat, Chinni menyampaikan individu harus memahami kondisi keuangan teranyar, memahami jumlah pendapatan dan pengeluaran, memahami profil risiko, dan mengetahui cashflow saat ini. "Individu dapat membuat pembukuan, mencatat cashflow keuangan secara khusus atau melakukan tes kesehatan finansial, untuk memahami lebih jauh tentang kondisi keuangan."
Dengan itu, akan ditemukan jumlah dana yang bisa disisihkan untuk menabung dana darurat. Chinni menyampaikan, individu dapat menginvestasikan dana darurat dengan memilih instrumen investasi yang mudah dicairkan atau liquid.
"Kita bisa menempatkan 50 persen dana darurat di tabungan, dan 50 persen lainnya di instrumen lainnya, misalnya reksadana atau deposito. Kedua instrumen investasi ini dapat mengoptimalkan dana darurat kita," jelas Chinni.
Menurut Chinni, menempatkan pada reksadana maupun deposito dapat membuat pengumpulan dana darurat lebih struktur. Namun, tetap dapat dicairkan ketika sewaktu-waktu dibutuhkan.