Rabu 19 Oct 2022 19:35 WIB

Anak-Anak Yaman Semakin Kelaparan Saat Perang Kembali Bergejolak

Sekitar 2,2 juta anak Yaman di bawah usia lima tahun kelaparan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Bayi gizi buruk (Ilustrasi)
Foto: Youtube
Bayi gizi buruk (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, HAYS -- Seorang gadis kecil kurus terbaring tak bergerak di ranjang rumah sakit dan berjuang untuk bernapas. Tubuhnya penuh dengan luka. Dia hampir tidak bisa membuka matanya.

Gadis itu bernama Hafsa Ahmed berusia sekitar dua tahun. Sekitar selusin anak lain di rumah sakit dengan bata merah di kota Yaman selatan ini juga sekarat karena kelaparan.

Hafsa dan lebih dari setengah juta anak Yaman lainnya kekurangan gizi parah. Setiap 10 menit, menurut Save the Children, seorang anak di Yaman meninggal karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.

Sedangkan anak-anak lain di Rumah Sakit Hays memiliki perut bengkak dan anggota badan seperti ranting. Akhirnya, menurut Dr. Nabouta Hassan, kekurangan gizi yang berkepanjangan menyebabkan organ berhenti berfungsi.

Hassan yang mengawasi bangsal gizi buruk rumah sakit mengatakan, setiap bulan menerima hingga 30 anak yang menderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi akut.

Kelaparan telah lama mengancam kehidupan ratusan ribu anak-anak Yaman. Sekarang, perang antara Houthi yang didukung Iran dan koalisi pimpinan Arab Saudi mengancam akan meningkat setelah berbulan-bulan gencatan senjata yang lemah. Pemerintah Yaman dan kelompok bantuan internasional khawatir situasinya akan semakin buruk.

Asisten sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan kemanusiaan Joyce Msuya mengatakan, di kota Hodeida dengan populasi sekitar tiga juta jiwa memiliki Rumah Sakit al-Thawra yang menerima 2.500 pasien setiap hari, termasuk anak-anak “super-malnutrisi”. Dia mengunjungi fasilitas itu bulan ini.

"Ini adalah salah satu kunjungan paling menyedihkan yang pernah saya lakukan dalam kehidupan profesional saya,” kata Msuya dalam sebuah video yang dirilis oleh PBB.

Sekitar 2,2 juta anak Yaman di bawah usia lima tahun kelaparan. Lebih dari setengah juta orang mengalami kekurangan gizi parah. Menurut laporan PBB, sekitar 1,3 juta perempuan hamil atau menyusui mengalami kekurangan gizi parah tahun ini.

"Ada kebutuhan yang sangat besar. Setengah dari rumah sakit Yaman tidak berfungsi, atau mereka benar-benar hancur oleh perang. Kami membutuhkan lebih banyak dukungan untuk menyelamatkan nyawa di Yaman, anak-anak, perempuan, dan laki-laki," ujar Msuya.

Perang di Ukraina memperburuk situasi di Yaman. Orang Yaman sangat bergantung pada gandum untuk makan. Ukraina memasok Yaman dengan 40 persen dari biji-bijiannya, sampai invasi Rusia memotong alirannya.

Ketika negara maju, orang bekerja lebih keras untuk membayar tagihan yang lebih tinggi, di Yaman justru makanan 60 persen lebih mahal dari tahun lalu. Inflasi bagi negara-negara miskin berarti kematian.

"Yaman telah tiga kali dilanda invasi Rusia ke Ukraina. Pertama, dengan hilangnya pasokan makanan dari Ukraina dan harga yang lebih tinggi di pasar internasional. Kemudian, dengan harga BBM yang lebih tinggi. Dan ketiga, dengan pergeseran fokus internasional," kata pakar Yaman di International Crisis Group Peter Salisbury.

Perang telah berkecamuk selama delapan tahun di Yaman antara kelompok Syiah Houthi dan pasukan pro-pemerintah yang didukung oleh koalisi negara-negara Arab Teluk Sunni. Houthi yang didukung Iran menyapu turun dari pegunungan pada 2014, menduduki Yaman utara dan ibu kota negara itu, Sanaa. Keberhasilan ini memaksa pemerintah yang diakui secara internasional untuk melarikan diri ke pengasingan ke Arab Saudi.

Sejak itu, lebih dari 150 ribu orang tewas akibat kekerasan dan tiga juta orang mengungsi. Dua pertiga penduduk bertahan hidup dengan mendapatkan bantuan pangan.

Tapi, badan pangan PBB berhadapan dengan pemotongan jatah untuk jutaan orang karena kesenjangan pendanaan yang kritis dan melonjaknya harga pangan global. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan, Program Pangan Dunia telah berbulan-bulan memprioritaskan 13,5 juta orang Yaman yang paling rentan.

PBB mengatakan bahwa pada akhir September, rencana respons kemanusiaannya untuk Yaman memperoleh dua miliar dolar AS dari 4,27 miliar dolar AS yang dibutuhkan untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan layanan perlindungan yang menyelamatkan jiwa kepada 17,9 juta orang.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement