REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) dr Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.KJ(K) menyebutkan bahwa pola makan seimbang hingga olahraga dapat membantu menjaga kesehatan jiwa. Sebab, pola makan seimbang memberikan pengaruh positif pada zat-zat yang ada di otak.
Ida menjelaskan bahwa di otak manusia, terdapat zat-zat kimia yang mempengaruhi suasana hati, salah satunya hormon serotonin. Menurutnya, jika kadar serotonin menurun maka seseorang akan merasa sedih dan cemas.
Ia mengatakan, hormon ini akan meningkat jika seseorang makan makanan yang bergizi seimbang. "(Kadar serotonin) ini dipengaruhi oleh makanan. Kalau makanan kita tidak bergizi, itu suasana hatinya gampang sedih. Makanya kenapa bayi-bayi yang kurang gizi itu rewel," jelas Ida dalam diskusi virtual yang diikuti di Jakarta pada Rabu (19/10/2022).
Selain serotonin, lanjut dia, hormon lainnya yang juga penting adalah dopamin yang membuat seseorang semangat dalam melakukan aktivitas. Hormon ini dapat meningkat saat seseorang melakukan sesuatu yang bermanfaat.
"Jadi kalau kita melakukan kebaikan, kemudian orang lain mengapresiasinya, itu bisa menaikkan dopamin," imbuhnya.
Ida yang kini berpraktik di RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta itu melanjutkan, hormon lain tak kalah penting untuk dijaga adalah oksitosin atau hormon kasih sayang dan endorfin atau hormon gembira. Hormon oksitosin dikatakan Ida dapat meningkat saat seseorang menjalin hubungan dengan orang yang disayangi, sedangkan endorphin dapat meningkat saat seseorang makan makanan lezat, menonton video lucu, hingga berolahraga.
Karena itu, Ida mengatakan bahwa kesehatan jiwa bisa didapatkan dengan menjaga pola makan seimbang, menjalin hubungan baik dengan orang di sekitar, berjemur di bawah sinar matahari, hingga berolahraga. "Intinya orang kalau mau sehat itu harus seimbang. Fisiknya seimbang, makannya seimbang, hubungan sosial dengan orang lain seimbang, spiritualnya bagus, itu kuncinya," tambah Ida.
"Tapi kalau gangguan jiwanya sudah berat, meskipun dia makannya bagus dan olahraga, itu enggak akan maksimal tapi perlu penanganan yang lain (mencari bantuan profesional)," pungkasnya.