Selasa 25 Oct 2022 15:13 WIB

5.603 KK di Kota Bogor Tinggal di Wilayah Rawan Bencana

Rumah warga yang tinggal di wilayah rawan bencana Kota Bogor dibagi 3 kategori

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Nur Aini
Warga membawa pakaian untuk mengungsi dari lokasi tanah longsor di Gang Barjo, Kelurahan Kebon Kalapa, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022). Kementerian Sosial menyalurkan bantuan kepada warga yang mengungsi akibat tanah longsor di dua lokasi bencana di kampung padat penduduk Kelurahan Kebon Kalapa tersebut berupa kasur, makanan siap saji dan perlengkapan sehari-hari bagi pengungsi.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Warga membawa pakaian untuk mengungsi dari lokasi tanah longsor di Gang Barjo, Kelurahan Kebon Kalapa, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022). Kementerian Sosial menyalurkan bantuan kepada warga yang mengungsi akibat tanah longsor di dua lokasi bencana di kampung padat penduduk Kelurahan Kebon Kalapa tersebut berupa kasur, makanan siap saji dan perlengkapan sehari-hari bagi pengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor telah melakukan pemetaan terhadap rumah di titik rawan bencana di seluruh wilayah. Tercatat ada 5.603 kepala keluarga (KK) yang tinggal di titik rawan di seluruh Kota Bogor.

 

Baca Juga

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, mengatakan rumah-rumah tersebut dibagi menjadi tiga kategori yakni hitam, merah, dan kuning. Bima Arya menjelaskan, warga di rumah kategori hitam harus dipindahkan karena berbahaya dan pernah terjadi peristiwa yang mengancam nyawa. Sedangkan, rumah dengan kategori merah juga dinilai darurat dan bisa dilakukan relokasi secara bertahap. Sementara, rumah dengan kategori kuning tetap diawasi dan akan dilakukan relokasi dalam jangka panjang.

“Nah yang zona hitam itu ada 1.203 KK, zona merah ada 2.548 KK, dan zona kuning ada 1.852 KK,” ujarnya, Selasa (25/10/2022).

 

Di samping itu, Bima Arya mengatakan, Pemkot Bogor juga melakukan pemetaan lahan-lahan yang ada di seluruh Kota Bogor. Sejauh ini, ada tiga lahan yang bisa digu akam untuk tempat relokasi.

 

Bima Arya menyebutkan, lahan pertama ada di kawasan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan seluas 3 Hektare. Lahan kedua ada di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal seluas 1,5 Hektare dimana lahan tersebut mulanya akan dibangun Stoplet Sukaresmi. Lahan terakhir ada di Kelurahan Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara seluas 3.000 meter persegi.

 

“Nah tiga lahan ini menjadi lahan tempat relokasi rumah-rumah di wilayah hitam tadi. Jadi saya berikan waktu satu bulan kepada para camat untuk melakukan komunikasi dengan warga di daerah hitam untuk pada waktunya akan bergeser ke lahan-lahan tadi,” ujarnya.

Selain dibangun di lahan yang baru, Bima Arya menyebutkan ada skenario membangun di lahan yang lama. Dengan catatan lahan yang lama sudah dalam kondisi aman. Hal itu akan dilakukan berdasarkan rekomendasi teknis dari para ahli geologi.

 

“Contohnya di sini (Gang Barjo, Kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor). Kalau di sini sudah aman, dibangun turapnya, saluran airnya, artinya rumah rumah di bawah akan kita renovasi sehingga lebih aman,” kata Bima Arya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement