Rabu 26 Oct 2022 04:12 WIB

Suriah-Lebanon Tunda Pembicaraan Batas Maritim

Delegasi pemerintah Lebanon batal mengunjungi Damaskus.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Pandangan umum menunjukkan bagian dari pagar perbatasan yang mengelilingi desa Ghajar, sebuah desa Alawit di perbatasan Lebanon yang baru saja dibuka untuk Israel setelah lebih dari dua dekade pembatasan masuk, dengan bagian utara jatuh di dalam Lebanon, di Israel- Dataran Tinggi Golan dianeksasi, Jumat, 14 Oktober 2022.
Foto: AP Photo/Tsafrir Abayov
Pandangan umum menunjukkan bagian dari pagar perbatasan yang mengelilingi desa Ghajar, sebuah desa Alawit di perbatasan Lebanon yang baru saja dibuka untuk Israel setelah lebih dari dua dekade pembatasan masuk, dengan bagian utara jatuh di dalam Lebanon, di Israel- Dataran Tinggi Golan dianeksasi, Jumat, 14 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Suriah dan Lebanon telah menunda pembicaraan untuk membahas perbatasan maritime kedua negara. Hal itu karena delegasi pemerintah Lebanon batal mengunjungi Damaskus.

“Kunjungan (delegasi Lebanon) itu ditunda, bukan dibatalkan,” kata Duta Besar Suriah untuk Lebanon Ali Abdel Karim Ali dalam sebuah konferensi pers setelah bertemu Presiden Lebanon Michel Aoun, Selasa (25/10/2022), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Delegasi Lebanon seharusnya tiba di Damaskus pada Rabu (26/10/2022). Menurut Ali, tanggal kunjungan diumumkan Lebanon sebelum didiskusikan dengan pemerintahan negaranya. Pada Senin lalu (24/10/2022), Lebanon mengumumkan akan mengutus delegasi ke Suriah untuk membahas mengenai batas laut antara kedua negara.

Perselisihan batas maritim antara Suriah dan Lebanon mulai muncul tahun lalu. Ketika itu, Suriah memberi izin kepada perusahaan energi Rusia untuk memulai eksplorasi maritim di wilayah perairannya. Namun wilayah tersebut ternyata turut diklaim Lebanon sebagai bagian dari teritorialnya.

Pertengahan bulan ini, Lebanon telah menyetujui kesepakatan perbatasan maritim dengan Israel yang dimediasi Amerika Serikat (AS). Beirut menilai, kesepakatan itu merupakan pencapaian bersejarah. “Saya mengumumkan persetujuan oleh Lebanon atas versi final yang disiapkan oleh mediator Amerika untuk menggambarkan perbatasan laut selatan,” kata Presiden Lebanon Michel Aoun dalam pidato yang disiarkan televisi, 13 Oktober lalu.

Dia menyebut kesepakatan itu bersejarah karena Lebanon mampu memulihkan wilayah yang dipersengketakan seluas 860 kilometer persegi. “Lebanon tidak memberikan satu kilometer persegi pun ke Israel,” ucapnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement