Kamis 27 Oct 2022 01:53 WIB

Tidak ada Kasus Subvarian Omicron XBB yang Parah di Arab Saudi

Menteri Kesehatan Arab Saudi umumkan belum ada keparahan terkait Omicron XBB

Rep: Mabruroh/ Red: Christiyaningsih
Umat Islam melintas di depan Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi, Sabtu (22/10/2022). Menteri Kesehatan Arab Saudi umumkan belum ada keparahan terkait Omicron XBB.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Umat Islam melintas di depan Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi, Sabtu (22/10/2022). Menteri Kesehatan Arab Saudi umumkan belum ada keparahan terkait Omicron XBB.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Menteri Kesehatan Arab Saudi Fahd Al-Jalajel mengumumkan pada Selasa (25/10/2022) bahwa belum ada indikasi virulensi dan tingkat keparahan kasus subvarian Omicron XBB di Kerajaan. Namun Saudi Gazette melaporkan kementerian akan terus memantau varian Covid-19 termasuk sub-varian Omicron XBB tersebut.

“Alhamdulillah, tidak ada kasus sub-mutan yang parah,” katanya sambil menekankan pentingnya melengkapi vaksin karena efektif melawan jenis virus yang bermutasi.

Baca Juga

Al-Jalajel menekankan perlunya mengikuti saran dan instruksi dari Kementerian Kesehatan dan Otoritas Kesehatan Masyarakat (Weqaya) dan untuk mematuhi langkah-langkah pencegahan. Patut dicatat, Weqaya mengungkapkan mereka telah mendeteksi subvarian XBB dari Omicron dalam sejumlah sampel positif yang terbatas. 

Pengumuman Weqaya datang saat mengonfirmasi pemantauan lanjutan terhadap virus mutan penyebab Covid-19, karena mencatat bahwa sub-varian Omicron BA5 dan BA2 mendominasi lebih dari 75 persen sampel positif. “Operasi pemantauan untuk penyakit pernapasan dilakukan terus menerus oleh otoritas,” kata Weqaya.

Weqaya mencatat operasi pemantauan termasuk mengidentifikasi jenis influenza dalam kasus infeksi yang dikonfirmasi. Weqaya menunjukkan bahwa virus influenza B merupakan jenis yang umum saat ini di Arab Saudi, diikuti oleh virus influenza A subtipe H1N1 dan H3N2.

Pihak berwenang mengonfirmasi kasus penyakit pernapasan dan influenza musiman, selain Covid-19, menjadi aktif karena masuknya musim dingin. Tingkat keparahan gejala untuk orang bervariasi dari satu orang ke orang lain berdasarkan kekebalan mereka.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement