REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Association of Hospitality Leaders Indonesia (AHLI) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jawa Barat menggelar webinar internasional bertajuk “Hospitality Human Capital”. Webinar berlangsung secara hibrid dari Studio TV ARS University.
Webinar menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi, praktisi dan pemerintah. Nara sumber di antaranya Dr AH Galih Kusumah (Ketua Program Studi Magister Pariwisata-Universitas Pendidikan Indonesia), Dr Wiseto Agung (Wakil Rektor ARS University), Chef Ananta (Chef Shangri-La Barr Al Jissah Oman).
Lalu perwakilan dari Indonesia Diaspora Network Global (IDNG) Vice President Network Develoment Indrata Kusuma Prijadi dan Vice President Human Capital Haposan Situmorang. Sementara itu dari pihak pemerintah hadir Drs Arief Syaifudin SH MPar sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung.
Webinar yang dipandu oleh Rohyan Sosiadi (DPP AHLI Bidang Pendidikan Tinggi/Dosen Senior Poltekpar NHI & Direktur Edupart) membahas pentingnya sumber daya manusia di bidang hospitality. Dalam pembukaannya Wiseto Agung menyampaikan ada 4,6 juta WNI (Warga Negara Indonesia) yang bermukim di negara lain yang tersebar di dunia. Hal ini sangat penting bagi SDM Indonesia yang hendak bekerja di luar negeri untuk terus meningkatkan kualitas diri melalui pendidikan formal maupun informal.
Kemudian Ketua DPD AHLI Jabar/Kaprodi S1 Manajemen Stiepar Yapari, Dr Emron Edison menyambut baik kolaborasi AHLI, IDNG dan Edupart yang difasilitasi oleh ARS University dalam melaksanakan kegiatan Webinar ini sebagai salah satu kegiatan AHLI sebagai asosiasi yang menaungi 4 pilar pariwisata: perhotelan, perjalanan wisata, food & beverage dan pendidikan tinggi pariwisata yang berfokus pada akselarasi pengembangan pariwisata Indonesia.
Selain itu, turut hadir dalam pembukaan webinar, Presiden Indonesia Diaspora Network Global (IDNG) Kartini Sarsilaningsih (Nining) yang menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya webinar tersebut sebagai bagian dari kolaborasi yang akan memberikan peluang kepada masyarakat Indonesia yang berkeinginan untuk menjadi bagian diaspora dan tetap memberikan kontribusi bagi negara Indonesia. "Keuntungan lain dari IDNG adalah dapat menunjukkan international exposure sesuai dengan kompetensi yang dimiliki," ujar Nining.
Sementara itu Galih Kusumah menekankan pentingnya pengembangan hard dan soft skill dalam pendidikan hospitality, terlebih dalam menjawab tantangan global ke depan. Seperti yang dilansir oleh World Economic Forum (WEF), terdapat 10 besar skill yang diperlukan pada tahun 2025. Keahlian itu adalah analytical thinking and innovation, active learning and learning strategies, complex problem-solving, critical thinking and analysis, dan creativity, originality and initiative.
Berikutnya leadership and social influence, technology use, monitoring and control, technology design and programming, resilience, stress tolerance and flexibility, dan reasoning, problem-solving and ideation.
Chef Ananta, nara sumber praktisi kuliner, memberikan gambaran menarik bagaimana hard skill dan soft skill melengkapi satu sama lain. Perkembangan industri yang terbilang cepat dibandingkan dengan dunia Pendidikan terkadang menuntut adaptasi yang cepat juga bagi para pelaku industri. "Sebagai contohnya perkembangan di industri perhotelan yang sifatnya daily basis," katanya.
Namun demikian Chef Ananta terus mengembangkan diri dengan terus menggapai pendidikan formal yang relevan. Sehingga hal ini akan berdampak pada jenjang karir ke depan yakni tidak hanya bergelut pada sisi praktis namun juga aspek manajerial.
Terdapat beberapa catatan penting selama diskusi dalam webinar seperti yang diungkapkan oleh Arief bahwa untuk mempersiapkan SDM unggul diperlukan sektor pendidikan yang mendukung. Diharapkan SDM yang bekerja di luar negeri tidak hanya meningkatkan kesejahteraan secara ekonomi namun juga dapat mengangkat nama baik Indonesia di mata global.
Hal lain disampaikan oleh Haposan, pakar Human Capital di Oman, dalam merespon pertanyaan peserta terkait skill apa saja yang diperlukan untuk bekerja di luar negeri. Ia menyebutkan empat hal yang menjadi kunci sukses menjadi pekerja di luar negeri yakni kemampuan adaptasi, kemampuan bahasa, kesiapan mental dan kemampuan berkomunikasi.
Hal ini dikonfirmasi oleh Indrata, berdasarkan pengalaman kerjanya di posisi manajerial dalam bidang hospitality di Kanada dan Amerika. Bahwa orang Indonesia sangat potensial bisa berdiri tegak sejajar dengan orang lain di luar negeri. "Rendah hati boleh-tidak untuk rendah diri," ujarnya. "Terapkan prinsip we breathe the same air-kita bernapas dengan udara yang sama, harus merasa sejajar, jangan minder, jangan kalah dengan pekerja dari negara lain."
Indrata juga berbagi pengalamannya melanjutkan studi dari lulus D3 di STP Bandung, kemudian setelah lama bekerja lalu melanjutkan S1 dan S2 dibimbing oleh Rohyan melalui Edupartnya. Kemudian saat ini kuliah di UPI di bawah bimbingan Galih, sebagai praktisi atau street smart mencoba akselarasi menjadi book smart. Awalnya perlu banyak usaha menyelaraskan dunia praktis dengan akademis, namun sekarang terasa manfaatnya, bahkan sudah mulai mengajar di beberapa institusi pendidikan tinggi pariwisata.
Diskusi yang berlangsung kurang lebih 2,5 jam berjalan secara menarik dan interaktif dan dihadiri oleh sekitar 187 peserta dari Indonesia dan negara lainnya seperti Taiwan, Rusia, Kanada, Amerika dan Oman. Di akhir acara moderator mengumumkan empat pemenang dan mendapatkan hadiah berupa voucher menginap dari Grand Cordela Hotel Bandung dan Best Western Premier La Grande Hotel Bandung.