REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mempertahankan keharmonisan hubungan memang bukan perkara mudah, dan komunikasi yang kuat menjadi salah satu pondasi untuk memiliki hubungan yang sehat. Karena itulah, penting bagi pasangan untuk mengontrol diri agar kata-kata kasar dan intimidatif tak terucap dalam kondisi apapun.
Konselor pernikahan dari AS, Ellie Borden menjelaskan bahwa ikatan emosional dalam hubungan terbentuk ketika keduanya saling menunjukkan perhatian atau ketertarikan ketika pasangan sedang berbicara. Menurut dia, kata-kata memiliki power yang besar dan bisa berdampak negatif atau positif pada perasaan pasangan, nilai suatu hubungan, serta level kepercayaan.
“Ketika seseorang merasa dirinya sehat secara fisik dan mental, serta memiliki hubungan yang sehat, Anda bisa memberikan dukungan untuk pasangan lewat kata-kata. Sebaliknya, ketika diri sedang berantakan, Anda bisa merusak hubungan. Jadi hati-hatilah dalam berkata,” kata Ellie seperti dilansir dari Best Life, Sabtu (5/11/2022).
Setidaknya ada beberapa kata yang sebaiknya dihindari dan jangan pernah diucapkan kepada pasangan. Dalam sebuah unggahan video singkat di TikTok, Psikoterapis berlisensi dari AS, Dilya Diaz, mengungkap tiga kata pertama yang bisa menyakiti perasaan pasangan yakni “kamu sangat sensitif” atau istilah kekiniannya “terlalu baper”. Hal itu nampaknya diamini oleh para warganet.
“Dicap bahwa saya terlalu sensitif atau emosional itu sangat menyakitkan, dan bisa membuat saya tak ingin berbicara tentang perasaan saya lagi,” demikian kata seorang warganet merespon unggahan tersebut.
Kelly Whitaker, pakar komunikasi, setuju dengan Diaz untuk menghindari kata “sensitif” atau “terlalu emosional” ketika pasangan sedang bercerita. Ia menekankan bahwa kata tersebut tidak menunjukkan welas kasih selayaknya pasangan.
“Komentar itu berlapis dengan konotasi negatif, dari menyalahkan, menghakimi, hingga merendahkan. Paling buruk, itu adalah isyarat mencoba mengendalikan respons emosional pasangannya, yang bisa menjadi bentuk gaslighting atau pelecehan emosional,” jelas Whitaker.
Selain menjatuhkan perasaan pasangan dengan menyebutnya baperan, menyarankan pasangan untuk lebih baik “move on dan melupakan masalah” juga harus dihindari. Sebab menurut Diaz, itu terkesan menganggap enteng atau meremehkan masalah pasangan.
“Jangan sarankan dia untuk melupakan masalah dan bilang ‘kamu akan baik-baik saja’. Karena dengan begitu, Anda telah mengabaikan perasaan pasangan dan seolah mengatakan bahwa perasaan dia tak penting,” kata dia.
Whitaker juga sepakat bahwa melupakan masalah bukanlah cara yang tepat untuk membantu seseorang mengatasi sesuatu yang mengecewakan atau menyakitkan. Menurut Whitaker, emosi yang kuat perlu diakui dan diproses, sementara melupakan masalah pada dasarnya mendorong seseorang untuk berpura-pura itu tak pernah terjadi dan mengubur emosi negatifnya.
Sebagai solusi, Whitaker menyarankan untuk meyakinkan pasangan tentang perasaan Anda dan mengakui rasa sakitnya. Beritahu pasangan bahwa Anda akan selalu di sampingnya dan siap membantu apa pun yang dibutuhkan.