REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR - Kampanye secara resmi dimulai pada Sabtu (5/11/2022) untuk pemilihan umum (pemilu) Malaysia. Pemilu ini sangat kompetitif dan akan menjadi saksi bisu upaya koalisi terlama di dunia mendapatkan kembali dominasinya untuk empat tahun ke depan.
Kampanye akan menentukan apakah koalisi Barisan Nasional (BN) atau Front Nasional dapat bangkit kembali atau apakah para reformis politik dapat mengamankan kemenangan yang akan dicapai oleh pemimpin mereka, Anwar Ibrahim.
Dipimpin oleh Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), BN telah memerintah Malaysia sejak kemerdekaan negara itu dari Inggris pada 1957. Namun kemarahan atas korupsi pemerintah menyebabkan koalisi tersebut kalah dari Pakatan Harapan (PH) Anwar atau Aliansi Harapan pada 2018.
Kemenangan pemilu memberikan harapan reformasi di Malaysia tetapi hanya bertahan sebentar karena pembelotan menyebabkan pemerintah PH runtuh pada awal 2020 dan membawa UMNO kembali berkuasa. Malaysia telah memiliki tiga perdana menteri sejak pemilihan 2018.
Seperti dilansir laman Aljazirah, Sabtu (5/11/2022), sejumlah kandidat, termasuk Anwar dan mantan perdana menteri Mahathir Mohamad yang berusia 97 tahun, menyerahkan surat nominasi di daerah pemilihan mereka pada Sabtu. Ini membuka jalan bagi dimulainya periode kampanye 14 hari.
Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob, dari UMNO, mendaftar untuk mempertahankan kursinya di negara bagian Pahang tengah. Anwar dikawal oleh penabuh genderang dan pendukung yang mengibarkan bendera partai ketika mengajukan pencalonannya di Tambun di negara bagian Pekan tengah.
Lebih dari 21 juta warga Malaysia akan memberikan suara untuk mengisi 222 kursi di parlemen federal dan memilih perwakilan untuk tiga badan legislatif negara bagian.
"Konsensus umum adalah bahwa partai penguasa lama Barisan Nasional akan melakukannya dengan sangat baik dan sangat mungkin bahwa satu-satunya koalisi lain yang dapat menantang BN adalah Pakatan Harapan,” kata James Chin, pakar Asia di Universitas Tasmania Australia.