REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengawali usaha kuliner di Jakarta sejak puluhan tahun lalu, Sayudi, turut pula merasakan getir pahit berbagai kesulitan. Bahkan, di awal membuka gerai pertamanya, ia ditipu teman semasa kecil yang juga merantau ke Jakarta.
Untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Sayudi yang berniat memfokuskan diri berusaha, merasakan diri jatuh kian dalam, mengingat lilitan utang dari sertifikat aset milik mertua yang digadai ke bank. “Kok temen tega ya, jaminan dari orang tua padahal, kenapa waktu mau digusur (malah) dijual ke saya. Saya jatuh bangun berkali-kali,” katanya.
Sesaat merasakan gagal sebelum berjualan warteg di bilangan Cilandak, Sayudi mengaku selalu ingat perkataan orang tuanya di Tegal semasa kecil dahulu. Menurutnya, usaha tetap harus dilanjutkan meski jatuh tak terhingga.
Tak patah arang, dia lalu memilih kembali hidup dari keterpurukan. Entah merasa bersyukur atau kembali terpuruk, Sayudi mengatakan, dirinya dipaksa mengambil hikmah pada pergantian kekuasaan Soeharto 1998 silam.
Menurutnya, masih akibat dari pergantian kekuasaan dan kerusuhan, lokasi warteg pertamanya di Jakarta Selatan yang dibeli dari teman dan hendak digusur, tak jadi dilakukan. Alih-alih penggusuran, kata dia, warteg pertama sukses berjalan hingga modal kembali.
Aral melintang, saat modal kembali dan bertambah hingga akhirnya memutuskan membuka cabang kedua dan ketiga di Gandaria City, kendala kembali menerpa. Dia merasa, pekerja di cabang yang ada tidak jujur dan usaha kerap merugi meski lokasi warung ramai. Alhasil, dirinya mengajak teman dari kampung yang dipercaya untuk menjaga warung kedua.
“Jadi untung (bersihnya) bagi dua. Nggak papa untung kecil, yang penting saya sudah percaya sama teman,” kata Sayudi mengenang kembali.
Dari nama cabang ketiga tersebut, Sayudi mengaku, memutuskan memakai nama Warteg Kharisma Bahari (WKB) di Jabodetabek dengan slogan ‘Siap mewartegkan Jabodetabek’. Hingga 2022, Sayudi yang memutuskan membuka franchise wartegnya dengan jual lepas, telah berhasil membuka gerai seribu warteg.
“Kalau dulu kan slogan ‘Siap mewartegkan Jabodetabek’ sekarang sudah beda. ‘Siap mewartegkan Indonesia’ karena cabang kami di luar Jabodetabek sudah banyak,” jelasnya.
Kisah Sayudi selengkapnya dapat disaksikan di channel Youtube Jaga Lilin berikut ini: