REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai dana hasil penawaran umum perdana saham PT Global Digital Niaga Tbk akan membuat perusahaan menjadi lebih fleksibel dalam mengelola aset. Hal ini mengingat dana hasil penawaran umum perdana akan digunakan untuk membayar utang perusahaan.
Peneliti Celios Muhammad Andri Perdana mengatakan perusahaan tersebut akan menggunakan dana hasil penawaran umum perdana juga akan digunakan untuk memperbaiki dari struktur modal, mengurangi utang, sehingga dapat mengurangi debt equity ratio (DER).
“Penurunan DER perusahaan menjadi lebih fleksibel dalam pengelolaan aset yang dimiliki, termasuk potensi pembagian dividen kepada investor pada masa mendatang,” ujarnya kepada wartawan, Senin (7/11/2022).
Selain itu, Andri menyebut, perusahaan tersebut memiliki potensi berkembang sebagaimana perusahaan e-commerce di luar negeri. Dia mencontohkan Amazon dan Alibaba yang melakukan ekspansi secara masif. Amazon berekspansi melalui Amazon Express, Amazon Go, dan Amazon Prime.
Kemudian ada Rakuten di Jepang yang fokus awalnya adalah platform diskon dan cashback, hingga memiliki bisnis perhotelan.
"Mereka sustain karena memiliki bisnis beberapa sektor usaha, sehingga ketika kondisi ekonomi sulit sekalipun, sebagian bisnis yang berkembang dapat menopang sektor bisnis lainnya yang terdampak ekonomi. Yang satu mengalami kesulitan, yang lain mengalami kenaikan," ucapnya.
Andri juga menilai wajar atas utang yang dimiliki oleh Blibli dan perusahaan rintisan atau startup lainnya. Menurut dia, startup memiliki utang investasi serta pengembangan bisnisnya.
"Selama utang itu sehat dan terukur dari segi Debt to Equity Ratio, Profitabilitias dan Likuiditasnya, maka wajar-wajar saja, bukan masalah," ucapnya.
Blibli yang akan melantai di bursa pada 8 November 2022 diperkirakan akan mengumpulkan dana sebesar Rp 7,9 triliun. Dana tersebut akan dipergunakan pembayaran saldo utang fasilitas, sementara sisanya akan dialokasikan sebagai modal kerja dalam mendukung kegiatan usaha.
Per Juni 2022, pendapatan Blibli melonjak sebesar 127 persen secara tahunan menjadi Rp 6,71 triliun dari Rp 2,99 triliun, dan membukukan laba bruto sebesar Rp 560,8 miliar, naik dari Rp 225,7 miliar atau mencerminkan rasio laba bruto (gross profit margin) sebesar 8,35 persen.
Performa bisnis Blibli per semester II 2022 juga meningkat. Total Processing Value (TPV) pada 2021 sebesar Rp 32,4 triliun, meningkat 45 persen dari Rp 22,4 triliun pada 2020, terutamanya dikontribusikan oleh pertumbuhan dari seluruh segmen bisnis Blibli, termasuk segmen ritel 1P, ritel 3P, institusi dan toko fisik.
Monthly Active Customer (MAU), yang merupakan kombinasi jumlah pelanggan unik segmen ritel 1P dan ritel 3P yang berinteraksi dengan produk atau jasa pada platform Blibli.com dan/atau tiket.com, pada 2021 sebanyak 38,4 juta pelanggan, meningkat dari 31,1 juta pelanggan pada tahun sebelumnya.
Kemudian jumlah pelanggan institusi Blibli pada 2021 juga meningkat dari 80.752 pelanggan menjadi 153.057 pelanggan. Adapun pelanggan institusi termasuk institusi swasta maupun pemerintah.