REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan mengatakan, negaranya akan tetap menjadi pemasok gas dan minyak selama dunia membutuhkan komoditas tersebut. Hal itu disampaikan saat dia berpidato dalam acara United Nations Climate Change Conference (COP27) yang digelar di Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin (7/11/2022).
“UEA dianggap sebagai pemasok energi yang bertanggung jawab dan akan terus memainkan peran ini selama dunia membutuhkan minyak dan gas,” kata Sheikh Mohammed dalam pidatonya, dikutip laman Al Arabiya.
Dia mengungkapkan, COP28 diagendakan digelar di UEA, tepatnya di Dubai’s Expo City. Dalam konferensi mendatang, negara-negara akan melakukan evaluasi pertama atas penerapan Kesepakatan Iklim Paris.
Pada Selasa (8/11/2022) Sheikh Mohammed dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyaksikan langsung penandatangan kerja sama kedua negara untuk mengembangkan proyek angin darat 10 gigawatt di Mesir. Pihak yang mewakili UEA dalam proyek kerja sama itu adalah perusahaan energi terbarukan, Masdar, atau dikenal juga dengan Abu Dhabi Future Energy Company.
Sementara Mesir diwakili oleh Infinity and Hassan Allam Utilities. Ketika proyek kerja sama tersebut rampung, ladang angin 10 gigawatt akan menghasilkan 47.790 gigawatt jam (GWh) energi bersih setiap tahun dan mengimbangi 23,8 juta ton emisi karbon dioksida. “Ladang angin juga akan menghemat biaya gas alam tahunan Mesir sebesar 5 miliar dolar AS, dan membantu menciptakan sebanyak 100 ribu pekerjaan,” kata kantor berita UEA, Emirates News Agency dalam laporannya terkait kerja sama tersebut.