REPUBLIKA.CO.ID, ACEH TAMIANG -- Banjir masih menggenang kawasan Aceh Tamiang, dan menyebabkan ribuan rumah warga tergenang di kawasan tersebut. Untuk mempercepat penanganan bantuan Kepala Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) meninjau langsung kondisi lokasi bencana di Aceh Tamiang.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto didampingi oleh Deputi Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setyawan, Kakordalops BNPB Brigjen TNI Lukmansyah serta jajaran tiba di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara pada Senin malam (7/11/2022) dan melanjutkan perjalanan darat menuju Kabupaten Aceh Tamiang pagi ini (8/11/2022).
Kunjungan ini dimaksudkan untuk meninjau langsung kondisi wilayah yang terdampak banjir di Aceh Tamiang sekaligus berkoordinasi terkait penanganan banjir dengan pemerintah daerah setempat.
“Kami hadir untuk memastikan penanganan darurat bencana berjalan dengan efektif,” ujar Suharyanto, Selasa (9/11/2022).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Ahad (6/11/2022) pukul 15.00 Wib, banjir yang merendam dua belas kecamatan di Aceh Tamiang setelah diguyur hujan lebat pada Senin (31/10/2022) dan merendam 7.700 rumah warga dengan tinggi muka air mencapai 1,2 meter.
Adapun kecamatan yang terdampak meliputi Tamiang Hulu, Bandar Pusaka, Sekerak, Karang Batu, Manyak Payed, Banda Mulia. Kemudian Seruway, Kejuruan Muda, Bendahara, Rantau, Tenggulun dan Kota Kuala Simpang.
Tim Reaksi Cepat BNPB mencatat per Senin (7/11/2022) pukul 20.00 Wib, sebanyak 157.117 jiwa mengungsi pada 342 titik pengungsian. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tamiang melakukan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, mengaktifkan posko serta pembersihan area terdampak bersama tim gabungan dan pendataan lanjutan di lapangan.
BPBD Kabupaten Aceh Tamiang melaporkan per Selasa sebanyak 132 kampung terendam dan 43 kampung terisolir. Selain rumah warga, banjir turut merendam 122 fasilitas pendidikan, 94 fasilitas kesehatan, 14 sarana prasarana gedung pemerintah dan 86 sarana ibadah.
Sebanyak 4.836 hektare lahan pertanian dan 2.129 area budidaya perikanan terdampak peristiwa ini. Berdasarkan hasil pemantauan visual di lapangan, saat ini hujan ringan masih melanda beberapa area terdampak sehingga cukup menghambat proses pembersihan dan menyebabkan peningkatan tinggi muka air.