Selasa 08 Nov 2022 18:34 WIB

Gus Yahya, Inisiasi R20, dan Hormat Para Pemuka Agama Dunia untuk Islam Indonesia

R20 merupakan prakarsa Nahdlatul Ulama untuk dorong perdamaian dunia

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah anggota delegasi pertemuan Religion 20 (R20) mengunjungi Candi Prambanan di Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (5/11/2022). Delegasi lintas agama negara G20 Religion Forum (R20) mengunjungi Candi Prambanan yang bertepatan dengan ritual persembahyangan Tumpek Landep umat Hindu DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Sejumlah anggota delegasi pertemuan Religion 20 (R20) mengunjungi Candi Prambanan di Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (5/11/2022). Delegasi lintas agama negara G20 Religion Forum (R20) mengunjungi Candi Prambanan yang bertepatan dengan ritual persembahyangan Tumpek Landep umat Hindu DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.

 

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Setelah digelar di Bali selama dua hari pada 2-3 November lalu, Forum Religion of Twenty (R20) berlanjut ke Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 4-6 November 2022.

Baca Juga

Para tokoh agama yang menghadiri R20 kemudian diajak untuk mengunjungi sejumlah tempat peribadatan dan pusat studi keislaman, yaitu Candi Kimpulan di area kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Candi Prambanan, Vihara Mendut, Candi Borobudur, dan Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. 

Pada Malam Perpisahan Forum R20 yang digelar di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran pada Ahad (6/11/2022) malam, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf dalam sambutannya mengatakan, kehidupan yang rukun dan tentram sudah menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan, dirawat, dan ditunjukkan seluruh elemen bangsa dengan latar belakang apapun, baik dari sisi etnis, budaya, suku, maupun agamanya.  

Hal inilah yang hendak ditunjukkan Gus Yahya kepada para pemimpin agama melalui kunjungan-kunjungan tersebut. 

“Kita dalam posisi dan kapasitas, untuk membela negara kita sebagai bangsa Pancasila, hidup rukun di antara berbagai golongan dan umat beragama dalam satu kesatuan bangsa Republik Indonesia,” ujar Gus Yahya dalam siaran pers resmi PBNU, Senin (7/11/2022). 

Inisiator R20 ini mengatakan, warga NU dan Indonesia tidak hanya menerima perbedaan, tetapi juga sudah menganggapnya sebagai persaudaraan manusia. 

Hal ini hanya untuk memberikan gambaran tentang bagaimana bangsa Indonesia hidup bersama untuk kemanusiaan dan peradaban manusia yang lebih baik.

Gus Yahya menyadari bahwa akan lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan ke depan. Karena itu, Malam Perpisahan Forum R20 di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran bukan merupakan akhir. 

Justru, hal tersebut adalah awal untuk banyak bekerja dan bergerak dalam upaya perbaikan global. “Bukan akhir dari apa yang kita lakukan, karena ini adalah awalnya. Insya Allah kami akan semakin terlibat setelah ini,” ucap dia.

Pada malam itu, tampil berbicara juga pendiri The International Tresholds Society, Syekh Kabir Helminski. Mengawali pidatonya, dia dengan penuh keyakinan mengatakan, "Kamu sekalian (para santri) adalah harapan," katanya.

Kabir sudah datang ke Indonesia beberapa kali. Dia pun mengaku suka sekali dengan orang-orang Indonesia. Kecintaannya semakin bertambah dan bertumbuh setelah datang di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran dan mengikuti Forum R20.  

“Saya punya teman luar biasa di sini seperti Pak Yahya dan Holland Taylor. Mereka menjadi inspirasi dalam hidup saya,” jelas dia.

Mengutip Rumi, dia menegaskan Muslim harus kreatif dan merdeka. Dia menjelaskan, merdeka yang dimaksud adalah bebas dari segala hal negatif dan kebencian. “Dan di sini adalah contoh yang sangat indah,” ujar pria asal Amerika Serikat itu.

“Dan sekarang saya terinspirasi dari apa yang saya lihat dan cinta yang saya lihat,” imbuhnya.

Di Pesantren Sunan Pandanaran, semua pembicara tampak gembira. Mereka disambut dengan penuh gegap gempita oleh para santri. 

Beberapa santri di awal langsung mendekat dan mengajak berbincang tetamu itu dengan bahasa Inggris yang fasih. 

Marching Band, Tari Saman, hingga lagu-lagu dan koreografi yang ditampilkan mampu memainkan emosi para pemimpin agama itu menjadi tenang, sendu, dan gembira.    

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement