Rabu 09 Nov 2022 06:00 WIB

Pengasuh Pesantren Bersinergi untuk Internasionalisasi Pesantren

Internasionalisasi dilakukan perhimpunan pengasuh pesantren.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Pengasuh Pesantren Bersinergi untuk Internasionalisasi Pesantren. Foto:   Ilustrasi Pondok Pesantren
Foto: SYAIFUL ARIF/ANTARA FOTO
Pengasuh Pesantren Bersinergi untuk Internasionalisasi Pesantren. Foto: Ilustrasi Pondok Pesantren

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perhimpunan Pengasuh Pesantren Indonesia (P2I) menggelar Konferensi Pengasuh Pesantren se-Asia Tenggara dan Musyarwah Nasional (Munas) pada 7-8 November 2022 di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta. Dalam konferensi ini, para pengasuh pesantren membahas upaya internasionalisasi pendidik pesantren.

Pimpinan Pesantren Darunnajah Jakarta, KH Hadiyanto Arief mengatakan, konferensi ini merupakan kedua kalinya setelah yang pertama digelar pada 2017. Dia berharap konferensi ini dapat melahirkan sinergi antara pesantren modern dan salaf untuk internasionalisasi pesantren.

Baca Juga

“Kami ingin konferensi ini melahirkan dan bersinergi dengan pesantren-pesantren, sehingga nanti kita bisa mempercepat dan memperkuat kelembagaan pesantren, sehingga pesantren ini harapannya ke depannya bisa menjadi internasionalisasi,” ujar Kiai Arief saat dihubungi Republika, Selasa (8/11/2022).

Dia menjelaskan, banyak negara-negara yang berminat terhadap model pendidikan pesantren Indonesia, seperti negara Afghanistan dan Pakistan. Bahkan, menurut Kiai Arief, mereka sudah datang beberapa kali ke Indonesia dan meminta pihaknya untuk membuka cabang pesantren di negaranya.

“Dan ini bukti bahwa kita telah mendidik umat muslim yang inklusif, yang toleran, yang moderat, yang bisa menjadi faktor pemersatu bagi sebuah bangsa. Dan ini yang ingin kita impor keluar. Jadi kita mengimpor model pendidikan yang inklusif, yang moderat dan segala macam,” kata dia.

Kiai Arief mengatakan, sejauh ini sudah ada beberapa pesantren di beberapa negara di Asia Tenggara. Menurut dia, pesantren tersebut didirikan oleh para alumni pesantren Indonesia. Semangat inilah yang ingin terus digaungkan.

“Ini ingin kita gaungkan bahwa pesantren ini mampu dipublikasi dicopy paste untuk dikembangkan di negara-negara yang tertarik untuk memperjuangkan Islam yang toleran, yang damai yang rahmatan lil alamin,” ucap dia.

Konferensi internasional ini dihadiri sekitar 280 perwakilan pesantren dari Malaysia hingga Timor Leste. Mereka berbagi ilmu dan pengalaman selama membangun pesantren di negaranya masing-masing.

Dengan berkumpulnya para pengasuh pesantren se-Asia Tenggara ini diharapkan bisa saling membantu dalam pembangunan sebuah pesantren.

Kiai Arief menjelaskan, konferensi ini dihadiri 60 persen dari pesantren modern dan 40 pesantren dari pesantren salaf.

Meskipun berbeda warna, kata dia, para pimpinan pesantren yang tergabung dalam P2I telah bersinergi dan memikirkan pendidikan dan peran pesantren untuk kedepannya.

“Semangat utamanya adalah P2I atau konferensi internasional ini sebenarnya adalah gerbong pengasuh pesantren se-Indonesia yang memang telah melepas batas dikotomi. Artinya kita tidak membeda-bedakan antara pesantren modern ataupun salaf,” jelas Kiai Arief.

 

Konferensi internasional ini juga diwarnai dengan peresmian Universitas Darunnajah. Menurut dia, di kampus ini nantinya juga akan membuka program studi Manajemen Pesantren. Karena, menurut dia, manajemen juga penting untuk penguatan kelembagaan pesantren.

“Tidak banyak pesantren yang berpikir tentang penguatan manajemen itu. Tapi pesantren modern sudah lama dan kami ingin melembagakan itu menjadi sebuah jurusan perkuliahan bagi para manajer atau kiai, gus atau ustaz yang memang berkeinginan untuk berjuang melalui pebdidikan pesantren,” ucap dia.

Kiai Arief mengatakan, konferensi inernasional ini juga menghadirkan beberapa pembicara dari Mesir maupun dari Arab Saudi. Menurut dia, konferensi ini akan ditutup pada SElas melahirkan beberapa rekomendasi. “Malam ini rencananya selesai. InsyaAllah rekomendasinya nanti malam,” ujar dia.

Sementara itu, Presiden P2I, KH Muhammad Tata Taufik menjelaskan, konferensi ini dilatarbelakangi oleh kemajuan teknologi dan adanya perubahan perilaku masyarakat digital dalam berbagai dimensi kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan.

Menurut dia, semua itu semakin mendorong pesantren untuk lebih terbuka dan akomodatif terhadap perkembangan zaman. “Melalui konferensi ini diharapkan bisa menemukan rumusan kerangka konseptual pesantren untuk internasionalisasi pesantren,” kata Kiai Tata.

Dia menambahkan, kerangka konseptual ini harus digali oleh kalangan pengasuh pesantren angkatan muda. Menurut dia, pengasuh pesantren harus mencari poin-poin baik yang tetap harus dipelihara. “Serta menentukan poin-poin apa yang bisa dikembangkan ke depan, baik dari sisi kurikulum, metodologi pembelajaran, pola kepengasuhan, tata ruang dan kebutuhan sarana dan prasarana yang standar, serta model kemandirian pesantren yang bisa dikembangkan,” jelas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement