Jumat 11 Nov 2022 20:08 WIB

Warga tak Yakin Keluarga di Kalideres Meninggal karena tak Ada Uang untuk Makan

Keluarga diduga meninggal akibat tidak makan minum dalam waktu lama.

Rep: Ali Mansur/ Red: Indira Rezkisari
Rumah tempat ditemukannya empat jasad di perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.
Foto: Ali
Rumah tempat ditemukannya empat jasad di perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Garis polisi melintang di pintu pagar besi warna oranye yang menjunjung tinggi menutupi tampak depan rumah bercat abu-abu dan putih. Garis polisi dipasang pihak kepolisian usai ditemukan empat penghuninya dalam keadaan tak bernyawa. Empat orang masing-masing bernama Rudianto (71 tahun), istrinya Margaret (58), anak atas nama Dian (40) dan iparnya yang bernama Budianto (68).

Rumah dengan nomor AC5/7 itu terletak di Jalan Taman Asri 3 Blok AC, RT 7 RW 15, Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat. Penemuan empat mayat dalam rumah itu menggegerkan warga perumahan tersebut.

Baca Juga

Seorang warga sekaligus tetangga korban, bernama Roy (32) mengaku tidak terlalu mengenal sosok kepala keluarga Rudianto, meski sudah 20 tahun tinggal satu kompleks. Padahal rumah Roy hanya berjarak satu rumah dengan korban. Ia mengaku melihat korban Rudianto keluar rumah sekitar 2-3 bulan lalu.

"Saya di sini dari 20 tahun lalu, termasuk penghuni paling awal, tapi nama bapaknya saja saya nggak tahu. Cuma keliatan keluar masuk mobil aja,” ungkap Roy, saat ditemui di lokasi, Jumat (11/11/2022).

Menurut Roy, alasan dirinya tidak mengenal keluarga Rudyanto karena mereka tidak bersosialisasi sama sekali. Saat kegiatan seperti Pemilu dan acara keagamaan, Rudyanto kerap mengurung diri dalam rumah. Ia biasanya melihat korban keluar dari rumahnya hanya untuk mengambil makanan yang dipesan online.

"Saya lihat dia pesan makanan online, ada yang datang. Karyawan cewek saya juga sekali doang lihat ibunya pakai daster, tiga bulan ini,” tutur Roy.

Hal senada juga disampaikan oleh tetangga korban lainnya, Kelvin (29). Dia sempat melihat korban lainnya bernama Dian dua bulan lalu. Diakuinya, penghuni rumah berpagar teralis tinggi sudah tidak bersosialiasi sejak lama. Bahkan pekerjaan keluarga tersebut juga tidak diketahui secara jelas.

“Dulu lebih akrab, dulu dia nggak pasang ini (PVC) saya dulu pernah masuk ke rumahnya diundang. Kalau dulu yang kerja iparnya suka keluar. Kalau bapaknya saya nggak tau kerjanya apa,” tutur Kalvin. PVC yang dimaksudnya adalah papan lembaran yang melapis pagar hingga pemandangan ke dalam rumah tidak tampak.

Sebelum benar-benar tertutup, kata Kelvin, korban sempat memiliki kendaraan roda empat dan roda dua yang sering terparkir di garasi rumah. Awalnya mobil CRV kemudian ganti ke Brio lalu tidak terlihat lagi, begitu juga kendaraan roda dua, sebelumnya memiliki motor dan sekarang tidak nampak lagi.

“Ada mobil kan sama motor matic dulu sekarang gaada sama sekali. CRV ganti Brio, terus sudah lama nggak ada, motornya juga nggak ada,” ungkap Kelvin.

Ketua RT setempat, Asiong, menyebut korban memiliki tunggakan listrik sampai harus aliran listriknya diputus oleh PLN. Korban sempat diingatkan oleh pihak PLN untuk segera membayar tunggakan listrik. Sempat dibayar sebesar Rp 300 ribu, kata dia, tapi menunggak lagi dan akhirnya diputus.

"Dia ada tunggakan dari PLN keluar kasih ke saya, saya terima tanggal 31 Agustus, 5 September dan ingatkan lagi ke anaknya, 'tolong diurus jangan sampai diputus.' Dijawab 5 September. 'Iya om, baik om, maaf ngerepotin, nanti saya kabari lagi.' Seperti itu jawaban dari anaknya," jelas Asiong.

Kemudian terkait penyebab kematian korban, Asiong enggan berspekulasi mereka meninggal akibat faktor ekonomi. Karena keluarga juga Rudyanto sempat memiliki mobil dan motor meski saat ini sudah tidak terlihat lagi. Termasuk dugaan adanya rumah korban sudah dijual.

"Saya rasa kalau ekonomi nggak, bisa punya beli mobil segala, motor. Secara ekonomi kan mungkin dia menjual untuk mungkin ya ada keperluan yang lain apa seperti itu. Tapi mungkin juga ditemukan oleh polisi kosong kan lambung, mungkin dia tidak keluar rumah membeli makanan," kata Asiong.

Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pasma Royce mengatakan, tidak ada tanda-tanda kekerasan dalam tubuh korban. Keempat korban diduga tewas karena kelaparan. Sebab, pada lambung keempat korban tidak ada makanan, mereka diduga tidak mendapat asupan makanan dan minuman cukup lama. Akibatnya keempat korban diduga mengalami dehidrasi dan membuat mayat mengering.

"Bisa diduga berdasarkan pemeriksaan dokter, mayat ini tidak ada makan dan minum cukup lama, karena ditemukan otot-otot sudah mengecil. Artinya, ada kekurangan cairan, dehidrasi, sehingga tubuh mayat menjadi kering," terang Pasma.

Pasma menjelaskan keempat mayat tersebut ditemukan sudah dalam keadaan mulai membusuk dan ditemukan di posisi yang berbeda-beda tidak dalam satu titik. Kemudian rumah mereka juga dalam keadaan tertutup, bahkan beberapa warga setempat menyangka jika mereka sudah pindah.

Lanjut Pasma, kronologis penemuan keempat mayat berawal dari petugas PLN yang hendak akan memutuskan instalasi listrik. Bau busuk itu semakin menyengat sesampainya di rumah keempat mayat tersebut. Lalu dia bergegas menghubungi Ketua RT 7 dan juga petugas kepolisian.

"Dilakukan pembukaan secara paksa dan ditemukan ada empat mayat, dua laki-laki dan dua perempuan yang berbeda beda posisinya, ada yang di belakang ada di kamar tengah dah ada di ruang tamu," jelas Pasma.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement