Sabtu 12 Nov 2022 18:54 WIB

Sekeluarga Tewas di Kalideres, Pakar: Jangan Kambinghitamkan Sikap Antisosial

Pakar minta jangan selalu salahkan orang bersikap tertutup seperti korban Kalideres

Rep: Mabruroh/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Rumah tempat ditemukannya empat jasad di perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.
Foto: Ali
Rumah tempat ditemukannya empat jasad di perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu keluarga yang ditemukan tewas membusuk di perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat. Keluarga itu dikenal tertutup dengan warga sekitar. 

Saking tertutupnya, bahkan kematian keluarga itu baru terungkap setelah tiga minggu. Setelah warga mencium aroma busuk dari dalam rumah yang berpagar tinggi itu.

Baca Juga

Pakar Psikolog Forensik, Reza Indragiri Amriel tidak setuju mengkambing hitamkan sikap anti sosial dari keluarga yang dikenal tertutup itu. Reza mengingatkan agar jangan berasumsi bahwa sikap anti-sosial ini menjadi penyebab kematian mereka.

“Kalau kita melihat pagar yang menutup rapat permukaan rumahnya, saya belum bisa membangun asumsi apapun terkait dengan keengganan bersosialisasi dengan penyebab kematian, yang paling definitif adalah mereka ini lambat ditemukan,” kata Reza dalam video wawancaranya dengan stasiun televisi yang dikirimkan kepada Republika, Sabtu (12/11).

Reza menuturkan, masyarakat saat ini kerap menjadikan keengganan bersosialisasi sebagai masalah. Tetapi lupa untuk menilik bahwa mungkin saja, mereka enggan bersosialisasi ini justru sebagai akibat sehingga mereka menutup diri. 

“Kita acap kali menjadikan keengganan bersosialisasi itu sebagai masalah, penyebab mengapa terjadi situasi yang sedemikian rupa yang mengenaskan, tidak menutup kemungkinan kita harus memandang bahwa keengganan bersosialisasi itu merupakan akibat,” ujar Reza

Lihat saja pagarnya, kata Reza, melihat pagar yang dibangun setinggi itu tentu bukan tanpa alasan. Apakah mungkin lingkungan tempat mereka tinggal merupakan kategori tidak aman.

Jika demikian kata dia, maka wajar apabila mereka memilih enggan bersosialisasi, enggan untuk membuka pagar terlalu sering, dan enggan untuk memasang pagar ukuran yang rendah.

“Dalam tanda kutip, kita tidak bisa mengkambing hitamkan secara serta-merta bahwa warga yang enggan bersosialisasi sebagai masalah. Tapi bisa jadi itu cara adaptasi yang bersangkutan terhadap situasi yang justru bermasalah,” ujar Reza.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement