Ahad 13 Nov 2022 06:02 WIB

Menkes: Kerugian Keuangan Akibat Pandemi Dorong G20 pada Isu Kesehatan

Covid-19 menyebabkan dampak ekonomi yang jauh lebih besar daripada flu babi dan ebola

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kanan) berbincang dengan Wakil Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat Andrea Palm (kiri) saat kegiatan G20 the 2nd Health Ministers Meeting (HMM) di Jimbaran, Badung, Bali, Kamis (27/10/2022).
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kanan) berbincang dengan Wakil Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat Andrea Palm (kiri) saat kegiatan G20 the 2nd Health Ministers Meeting (HMM) di Jimbaran, Badung, Bali, Kamis (27/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, kerugian keuangan yang sangat besar akibat pandemi secara global, mendorong mandat G20 yang semula fokus pada isu ekonomi, bergeser ke masalah kesehatan.

"Pentingnya kerja sama antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Keuangan karena kami lihat selama 20 tahun terakhir pandemi global mempunyai dampak keuangan yang sangat besar," kata Budi Gunadi Sadikin dalam Konferensi Pers Joint Finance Health Ministers Meeting (JFHMM) di Bali, Sabtu (12/11/2022) malam.

Budi mencontohkan, pandemi Flu Babi (H1N1) pada tahun 2003, dampak ekonominya mencapai 50 miliar dolar AS. Dan terulang lagi pada tahun 2009 dengan nilai kerugian yang sama berkisar 50 miliar dolar AS.

Selain itu, pandemi Ebola pada tahun 2014 memiliki dampak ekonomi 50 juta dolar AS. "Kerugian ekonomi terbesar terjadi saat ini. Covid-19 menyebabkan dampak ekonomi yang jauh lebih besar lagi," kata Menkes.

Budi mengatakan bahwa G20 pada tahun 2008 semula memiliki mandat untuk menyelesaikan permasalahan di sektor ekonomi. Sementara itu, G20 saat ini lebih memperhatikan masalah kesehatan.

"Masalah kesehatan membawa dampak ekonomi secara global. Ini berdampak pada adanya krisis ekonomi yang signifikan pada hal lainnya," kata Budi.

Menurut Budi, frekuensi krisis kesehatan dalam kurun beberapa bulan terakhir bergerak lebih sering. Misalnya, kemunculan cacar monyet sebagai pandemi yang berskala kecil.

Untuk itu, Presidensi Indonesia di G20 tahun ini fokus pada pembenahan arsitektur kesehatan global dengan mereplikasi arsitektur keuangan global yang sebelumnya melahirkan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

Diplomasi Indonesia pada G20 tahun ini berhasil membentuk dana pandemi (pandemic fund) sebagai bekal keuangan bagi negara-negara dalam menghadapi pandemi berikutnya.

"Pandemic fund tidak secanggih arsitektur keuangan. Saya punya pengalaman selama berpuluh tahun di keuangan, kami ingin pandemic fund seperti Bank Dunia, mereka punya mandat dan tata kelola yang jelas," katanya.

IMF maupun Bank Dunia, kata Budi, tidak sama dengan situasi di sektor kesehatan sehingga G20 memandang perlu pembentukan arsitektur dan finansial kesehatan untuk merespons pandemi berikutnya.

Dana pandemi yang berhasil terkumpul per 24 Agustus 2022 melalui diplomasi Indonesia di G20 Kesehatan senilai 1,4 miliar dolar AS yang berasal dari 15 negara G20 dan tiga lembaga filantropi.

Negara tersebut, di antaranya Komisi Eropa (European Commission), Amerika Serikat, Italia, Indonesia, Tiongkok, Jepang, Jerman, Kanada, Republik Korea, Uni Emirat Arab (UAE), Spanyol, Australia, Singapura, Norwegia, dan Selandia Baru. Tiga filantropi yang berkontribusi pada dana pandemi, di antaranya Bill and Melinda Gates Foundation, Rockerfeller, dan Wellcome Trust.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement