REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meresmikan Masjid Raya Sheikh Zayed di Kota Solo, hadiah dari Pangeran Uni Emirat Arab (UEA), Mohamed Bin Zayed Al Nahyan pada Senin (14/11). Masjid ini dibangun sebagai hadiah untuk pemerintah dan rakyat Indonesia.
Selain menjadi pusat ibadah dan kegiatan agama, pemerintah menjadikan Masjid Raya Sheikh Zayed sebagai prototipe program prioritas MPMB (masjid pelopor moderasi beragama). Keberadaan masjid ini untuk merespons situasi-kondisi aktual kehidupan keagamaan dan kebangsaan saat ini, khususnya jelang tahun politik, pemilu 2024.
Mewakili pemerintah sekaligus inisiator program MPMB, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Islam Kementerian Agama, telah melaunching ‘Kick Off’ program tersebut, sekaligus melantik pelaksana harian Badan Pengelola Masjid Raya Sheikh Zayed yang menjadi ujung tombak edukasi nilai-nilai kebaikan dari moderasi beragama kepada masyarakat, khususnya warga Solo.
Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengatakan upaya penguatan moderasi beragama melalui program MPMB adalah solusi untuk menjawab ragam permasalaham keagamaan dan kebangsaan disituasi-kondisi sosial kemasyarakatan yang sangat rentan terfragmentasi. “Setidaknya ada tiga hal tujuan program ini, pertama, untuk membangun profesionalitas dalam pengelolaan masjid oleh semua ekosistem masjid, antara lain bagi takmir, khatib atau penceramah, remaja masjid dan jamaah,” kata Kamaruddin Amin kepada wartawan, Senin (14/11-2022).
Kedua, lanjut Kamaruddin, MPMB bertujuan untuk mendiseminasikan cara pandang yang moderat, toleran, ramah, sehingga kenyamanan dan kerukunan tetap terjaga. Untuk capaian ketiga, MPMB dimaksudkan untuk memberdayakan dan memakmurkan masjidnya dan otomatis memberdayakan segenap jamaahnya. “Dengan demikian, singkatan lain dari MPMB melingkupi ketiga tujuan ini adalah Masjid Profesional, Moderat, dan Berdaya,” tutur Kamaruddin lewat keterangan tertulis kepada Republika.
Kamaruddin menyebut akan terjadi revitalisasi peran masjid menjadi semakin profesional pengelolaannya, semakin moderat cara pandang dan paham keagamaan seluruh ekosistemnya, dan kian berdaya dalam memberdayakan umatnya. Dengan terbangunnya cara pandang, sikap dan perilaku beragama yang toleran, anti-kekerasan, menghormati budaya, kebhinnekaan dalam kemajemukan. Dengan demikian, MPMB mampu menciptakan keharmonisan yang tentunya dapat mengakselerasi setiap upaya-upaya pembangunan bangsa dan negara.
Untuk mencapai tujuan itu, serangkaian kegiatan telah dan terus dilakukan. Setelah pengenalan profil masjid, pihaknya akan melakukan engagement atau sosialisasi dengan stakeholders masjid untuk terbangun kesepahaman dan atau langkah bersama untuk menata masjid.“Insya Allah, program MPMB akan menjadi solusi dari ragam permasalaham kebangsaan dan keagamaan yang ada ditengah masyarakat, dimana takmir, remaja masjid, imam dan khotib diberikan pelatihan dan pemahaman penuh akan wawasan keislaman dan kebangsaan yang utuh,” jelas Kamaruddin.
Kamarudin menilai ruh dari moderasi beragama adalah rasa dan perasaan toleransi antar umat, dimana kebhinnekaan sejatinya adalah kekuatan sekaligus energi bagi kesatuan serta keutuhan bangsa dan negara.“Program MPMB Insya Allah dapat mengakselerasi ekosistem masjid yang mampu menggairahkan kegiatan keagamaan dan mengokohkan upaya penguatan Islam wasathiyah, Islam ramah, sekalgus menjadi speaker, amplifier serta influancer pentingnya moderasi beragama dihadapan masyarakat, agar turut serta menjadi instrumen penguat dan pemersatu bangsa,” jelas Kamaruddin.