REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Saat itu waktunya makan siang pada Jumat (11/11/2022) dan restoran makanan cepat saji KFC hanya beberapa menit dari Masjid Kowloon di Tsim Sha Tsui, Hong Kong. Restoran ini dipenuhi pelanggan yang menikmati makanan ayam goreng. Di antara mereka ada keluarga dengan empat anggota keluarga yang datang jauh-jauh dari Yuen Long.
Mereka rela datang jauh-jauh dari Yuen Long karena ini adalah gerai makanan siap saji pertama yang bersertifikat halal di Hong Kong. "Kami sangat senang. Biasanya kami memasak di rumah," kata Aslam (50 tahun) yang merupakan seorang Muslim yang membawa istri dan anaknya seperti dikutip dari South China Morning Post, Senin (14/11/2022).
Gerai tersebut mulai menawarkan makanan halal pekan lalu dan KFC menjadi jaringan makanan cepat saji pertama yang melayani umat Islam di kota tersebut. "Kami bersemangat menghadirkan lebih banyak pilihan makanan kepada pelanggan Hong Kong. Menu halal tersedia di toko KFC Chuang London Plaza di Jordan. Inisiatif baru ini menggemakan dukungan kami terhadap keragaman dan inklusi," kata juru bicara Jardine restaurant Group yang mengoperasikan KFC dan Pizza Hut.
Sementara itu, imam kepala Hong Kong dan Pemimpin Spiritual Islam, Mufti Muhammad Arshad menyambut baik langkah tersebut. "Setiap rantai (cabang) internasional yang menyediakan makanan halal memang memberikan kabar baik dan kebahagiaan bagi umat Islam," ujarnya.
Pilihan makanan untuk sekitar 300 ribuan Muslim di Hong Kong yaitu sekitar 4 persen dari populasi terbatas dan mematuhi pembatasan diet agama. Sertifikasi halal oleh Incorporated Trustees of The Islamic Community Fund of Hong Kong berkomitmen mencari dan menyiapkan makanan sesuai dengan persyaratan agama. Tetapi Hong Kong yang dikenal di seluruh dunia sebagai surga makanan hanya memiliki 63 perusahaan bersertifikat halal pada Februari tahun ini.
"Dibandingkan dengan Singapura, Thailand, dan negara lain, kami memiliki lebih sedikit restoran bersertifikat halal," kata Arshad.
Di Singapura, di mana Muslim merupakan 15 persen dari populasi, 4.000 sertifikat halal dikeluarkan untuk perusahaan makanan tahun lalu saja. Terkait mengapa Hong Kong tertinggal, Direktur Pusat Studi Kebudayaan Isam di Universitas Cina Associate Professor James Frenkel mengatakan, perlindungan Muslim tidak cukup untuk mempertahankan banyak bisnis.