REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Tepat pukul 18.38 waktu Hongkong, ratusan orang di aula utama Masjid Kowloon membuka penutup plastik wadah styrofoam di depan mereka. Bersama-sama, mereka menikmati haleem, bubur yang biasanya disajikan selama bulan suci Ramadhan.
Keheningan lantas menyelimuti ruangan besar itu. Satu-satunya suara adalah gemerisik kantong kertas berisi kurma dan kunyahan samosa, yang disiapkan untuk makan umat Muslim, setelah berpuasa selama sekitar 13 jam.
Setiap Muslim di seluruh dunia, termasuk Hongkong, merayakan buka puasa Ramadhan pertama pada Kamis (23/3/2023) lalu. Saat berpuasa, umat Islam tidak makan atau minum dari matahari terbit hingga terbenam.
Di Hong Kong, kegiatan buka puasa ini menandai pertama kalinya sejak 2019 mereka dapat berkumpul dan berbuka puasa di depan umum, setelah pembatasan Covid-19 selama tiga tahun terakhir.
Dengan diberlakukannya aturan pemerintah, umat Islam hanya dapat menjalankan Ramadhan di rumah atau di rumah teman mereka. Mereka hanya bisa berkumpul dalam kelompok kecil di restoran.
"Saya senang melihat semua orang kembali, semuanya kembali seperti semula,” kata KK Khan, warga Pakistan kelahiran Hong Kong, dikutip di HKFP, Ahad (26/3/2023).
Ia menyebut beberapa relawan sudah berada di masjid sejak pukul 02.00 waktu setempat untuk menyiapkan buka puasa. Beberapa memotong bawang dan tomat untuk haleem, sementara yang lain mengemas dan mendistribusikan.
Sekitar 1.700 jamaah berkumpul malam pertama Ramadhan di Masjid Kowloon. Anggota manajemen masjid, Mohammed Ali Diallo, menyebut jumlah ini berkurang dari sekitar 3.000 yang muncul pada tahun-tahun sebelum Covid-19.
Dia meyakini, beberapa jamaah masih belum menyadari bahwa masjid kembali menyajikan makanan berbuka. Jumlah pengunjung dipercaya dapat meningkat sepanjang bulan Ramadhan nanti, karena orang-orang mengetahui masjid itu menawarkan buka puasa.
Setelah berbuka puasa, jemaah menuju lantai atas untuk shalat. Masing-masing mengambil tempat dalam barisan rapi, di ruang berkarpet hijau sampai sekitar setengahnya terisi.
Seorang warga India yang tiba di Hong Kong enam tahun lalu, Yusuf Mansouri, mengatakan dia merayakan Ramadhan di rumah dan di kediaman teman-temannya selama Covid. Pengalaman ini agak berbeda dibandingkan dengan momen dikelilingi oleh sesama Muslim di masjid ikonik Hong Kong Tsim Sha Tsui.
"Ramadhan adalah bulan berkumpul dan bersama. Saya sangat merindukan ini," kata pria yang menjabat sebagai manajer proyek di sebuah bank.