REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negara-negara G20 menyoroti masalah ketahanan pangan global yang semakin diperparah oleh konflik dan ketegangan yang saat ini terjadi. Dalam deklarasi yang dihasilkan di KTT G20 Bali, negara anggota G20 pun berkomitmen mengambil langkah cepat untuk menyelamatkan banyak nyawa, mencegah kelaparan dan malnutrisi, terutama untuk mengatasi kerentanan di negara-negara berkembang.
G20 juga menyerukan percepatan transformasi menuju pertanian yang berkelanjutan dan tangguh serta sistem dan rantai pasok pangan.
“Kami berkomitmen melindungi masyarakat yang paling rentan dari kelaparan menggunakan semua alat yang ada untuk mengatasi krisis pangan global,” demikian bunyi G20 Bali Leaders’ Declaration yang diadopsi pada Rabu (16/11/2022).
Selanjutnya, G20 juga akan mengambil langkah koordinasi lebih lanjut untuk mengatasi masalah ketahanan pangan, termasuk lonjakan harga dan berkurangnya komoditas pangan dan pupuk secara global.
Selain itu, negara anggota G20 menyambut baik beberapa inisiatif nasional, regional, dan global dalam mendukung ketahanan pangan. G20 juga melihat adanya kemajuan program yang dilakukan oleh Sekjen PBB Global Crisis Response Group on Food, Energy and Finance, serta respon ketahanan pangan Bank Dunia dan IMF.
“Kami menekankan pentingnya membangun Deklarasi Matera G20, bekerja sama untuk memproduksi dan mendistribusikan pangan secara berkelanjutan, memastikan sistem pangan berkontribusi lebih baik terhadap adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta menghentikan dan mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati, mendiversifikasi sumber makanan, mempromosikan makanan bergizi, memperkuat rantai nilai pangan global, regional, dan lokal, serta mempercepat upaya pengurangan sampah makanan,” bunyi deklarasi itu.
Untuk mengatasi masalah ini, G20 akan menerapkan pendekatan ‘One Health’, mengintensifkan penelitian terkait ilmu dan teknologi pangan, meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan yang berkaitan dengan rantai pasok pangan terutama wanita, generasi muda, petani kecil, dan nelayan.
Selain itu, G20 juga mendukung upaya internasional untuk menjaga rantai pasok pangan tetap berfungsi di tengah tantangan.
“Kami berkomitmen untuk mengatasi masalah kerawanan pangan dengan memastikan aksesibilitas, keterjangkauan, dan keberlanjutan pangan serta produk pangan bagi mereka yang membutuhkan, terutama di negara berkembang dan negara kurang berkembang,” lanjutnya.
G20 juga menekankan dukungannya untuk perdagangan produk pertanian yang terbuka, transparan, inklusif, dapat diprediksi, dan tidak diskiminatif, berdasarkan aturan WTO. Dalam hal ini, G20 mendorong perlunya pembaharuan aturan perdagangan produk pertanian global serta memfasilitasi perdagangan produk pangan dan pertanian.
Selain itu, mereka juga mendorong pentingnya untuk tidak memberlakukan larangan ekspor atau pembatasan pangan dan pupuk, dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan WTO. G20 pun berkomitmen memastikan akses makanan dalam situasi darurat dan menyerukan negara anggota PBB serta seluruh pemangku kepentingan untuk memberikan sumbangan dan sumber daya guna mendukung negara terdampak krisis pangan.