Kamis 17 Nov 2022 05:04 WIB

ANTAM-CNGR Teken Kerja sama Pengembangan Kawasan Hilirisasi Bijih Nikel

Kerja sama Antam-CNGR untuk pengembangan energi ramah lingkungan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Proses pembakaran bijih nikel di PT Antam Tbk (ilustrasi). Anggota Holding Industri Pertambangan, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) melakukan penandatangan Framework Agreement (FA) dengan CNGR Advanced Material Co Ltd melalui CNGR Hong Kong Material Science & Technology Co Ltd.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Proses pembakaran bijih nikel di PT Antam Tbk (ilustrasi). Anggota Holding Industri Pertambangan, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) melakukan penandatangan Framework Agreement (FA) dengan CNGR Advanced Material Co Ltd melalui CNGR Hong Kong Material Science & Technology Co Ltd.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Holding Industri Pertambangan, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) melakukan penandatangan Framework Agreement (FA) dengan CNGR Hong Kong Material Science & Technology Co Ltd. Penandatanganan FA dilakukan oleh Chairman dan President CNGR Deng Weiming dan Direktur Utama ANTAM Nico Kanter pada event B20 Investment Forum di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali.

"Penandatangan FA sebagai tindak lanjut dari perjanjian pendahuluan untuk pembangunan dan pengembangan kawasan industri hilirisasi bijih nikel menjadi bahan baku baterai yang sebelumnya ditandatangani oleh kedua belah pihak pada 5 Agustus 2022," ujar Direktur Utama ANTAM Nico Kanter dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (16/11/2022).

Baca Juga

Niko mengatakan kerja sama ini merupakan bagian untuk memperkuat bisnis inti dan implementasi pengembangan energi yang ramah lingkungan. Dalam FA, lanjut Niko, ANTAM melalui anak perusahaannya PT Kawasan Industri Antam Timur (PT KIAT) akan membangun dan mengelola kawasan industri di area Izin Usaha Pertambangan ANTAM di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Sementara CNGR melalui anak perusahaannya PT Pomalaa New Energy Material (PT PNEM) akan mengembangkan fasilitas pengolahan bijih nikel laterit menjadi nickel matte yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik dengan menggunakan teknologi OESBF (oxygen-enriched side-blown furnace) dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 80 ribu ton nikel dalam produk nickel matte yang terbagi dalam dua fase pembangunan.

"PT PNEM selanjutnya akan menjadi tenant pada kawasan industri yang dikelola PT KIAT," ucap Niko.

Dalam sinergi ini, lanjut Niko, CNGR dan ANTAM juga mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kepemilikan saham di masing-masing anak usaha yaitu PT PNEM dan PT KIAT. Niko menyampaikan pembangunan kawasan industri dan fasilitas pengolahan nikel direncanakan akan rampung dan mulai beroperasi pada 2025.

"Sejalan dengan penyelesaian pembangunan smelter PT PNEM, ANTAM akan mendukung suplai kecukupan bahan baku pabrik bijih nikel laterit," sambung Niko.

Melalui penandatangan FA, Niko berharap dapat meningkatkan nilai tambah produk nikel serta mendukung pengembangan penerapan energi hijau berbasis EV Battery melalui sinergi penerapan keunggulan teknologi dan sumber daya yang dimiliki oleh kedua belah pihak.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement