Sabtu 19 Nov 2022 15:08 WIB

GoToko Kolaborasi dengan Kemenkominfo Dorong Transformasi Digital UMKM

GoToko yakin transformasi digital terbukti bertahan di masa pandemi

Rep: Novita Intan / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
PT Gerai Cepat Untung (GOTOKO) bergabung dalam Industry Task Force (ITF) G20 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mendorong pemulihan yang tangguh melalui kolaborasi bersama. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
PT Gerai Cepat Untung (GOTOKO) bergabung dalam Industry Task Force (ITF) G20 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mendorong pemulihan yang tangguh melalui kolaborasi bersama. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  PT Gerai Cepat Untung (GOTOKO) bergabung dalam Industry Task Force (ITF) G20 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mendorong pemulihan yang tangguh melalui kolaborasi bersama. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan. 

CEO dan President Director GOTOKO Gurnoor Singh Dhillon mengatakan transformasi digital telah terbukti menciptakan kemampuan bertahan masa pandemi, juga sebagai bekal untuk mendorong bisnis, termasuk bagi pelaku UMKM dan pemilik warung.

“Kami tetap optimistis terkait pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian ekonomi yang dipicu spekulasi terhadap resesi,” ujarnya, Jumat (18/11/2022).

Gurnoor memandang Indonesia sebagai pasar yang sedang berkembang dengan basis permintaan yang kuat. Hal yang sulit untuk memprediksikan resesi, namun jika ada tekanan tersebut setiap sektor akan memiliki dampak yang berbeda. 

Dia menilai orang mungkin akan mengurangi daya belanja, namun kebutuhan-kebutuhan mendasar itu akan tetap ada, mereka akan tetap belanja mie instan, sabun, kopi di warung, dan ini tidak akan berubah.  Dari sisi lain, tekanan resesi kemungkinan akan berdampak pada rantai pasokan barang, yang mengarah pada tantangan pengadaan persediaan bagi pemilik warung. 

“Situasi ini mirip pandemi lalu, akan memotivasi pemilik warung untuk mengubah cara mereka berbisnis. Saya percaya perubahan adalah pola pikir, dan dalam krisis seperti ini, pemilik warung akan lebih terbuka untuk beralih ke digital dan bekerja dengan platform seperti GOTOKO, yang bertujuan untuk membantu pemilik warung mengembangkan bisnisnya, memungkinkan mereka untuk bersaing dan berkembang, bukan hanya bertahan hidup," ucapnya.

Ketangguhan warung dalam menghadapi krisis sejatinya telah terbukti saat pandemi memuncak, riset Nielsen (2020) menunjukan sebesar 70 persen masyarakat Indonesia lebih memilih berbelanja kebutuhan di warung dibandingkan belanja secara daring. Dari nilai ekonomi pasar ritel nasional yang mencapai 75 miliar dolar AS, warung juga memiliki kontribusi sebesar 80 persen, serta memiliki kontribusi terhadap PDB empat kali lipat lebih besar dibandingkan ritel modern. 

Posisi yang vital dalam ekonomi nasional ini pula yang membuat GOTOKO dan Gurnoor yakin, ketangguhan warung sebagai sarana perdagangan utama masyarakat Indonesia bisa menjadi salah satu tulang punggung ekonomi nasional dalam menghadapi potensi resesi. Tidak hanya itu, implementasi teknologi akan membuka lebih banyak peluang pertumbuhan. 

Saat ini diperkirakan ada sekitar tiga juta warung di Indonesia, namun baru ada sekitar 600.000 warung yang dapat dijangkau dengan baik secara langsung oleh brand principals. Sementara sisanya atau 80 persen belum dijangkau dengan baik, sehingga mengalami tantangan dalam memenuhi pasokannya atau sering disebut underserved retailers. Mereka perlu belanja pasokan di banyak agen yang menghabiskan biaya yang lebih tinggi.

“Kami GOTOKO memiliki komitmen untuk menjadi platform pilihan sekaligus sahabat terbaik warung untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Melalui teknologi kami memiliki visi membantu pemilik warung untuk menjalankan bisnis lebih efisien agar kehidupan pemilik warung dapat meningkat,” ucapnya.

Sementara itu Sekretaris Jenderal Kemenkominfo sekaligus Chair Digital Economy Working Group (DEWG) G20 Mira Tayyiba menambahkan transformasi digital merupakan salah satu fokus utama DEWG G20. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan literasi digital sebagai aspek kunci dalam pengembangan ekonomi digital. 

“Sebagai kementerian yang bertanggung jawab atas DEWG sekaligus regulator dalam isu-isu digital di Indonesia, Kemenkominfo berpandangan bahwa Presidensi G20 Indonesia dapat berkontribusi besar dalam agenda mencapai pemulihan global bersama dan lebih kuat melalui transformasi digital. Pengembangan kemampuan serta literasi digital akan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan ekonomi digital yang lebih inklusif dalam jangka panjang,” ucapnya.

Melansir data Kemenkominfo, indeks literasi digital Indonesia pada 2021 berada pada skor 3,49. Adapun skor tersebut menempatkan Indonesia berada pada kategori menengah. 

“Meningkatkan taraf literasi digital tersebut, pemerintah juga menargetkan 30 juta UMKM untuk go digital pada 2024. Kami juga turut mendorong adanya kolaborasi antar pelaku industri dalam mempercepat transformasi digital,” ucapnya.

Gurnoor menjelaskan, kolaborasi merupakan kunci untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan. Collaboration with compassion menurut Gurnoor merupakan inti dari operasi GOTOKO. Jika dibandingkan mendisrupsi atau menggantikan operasi bisnis warung secara konvensional, kehadiran GOTOKO dapat memberikan efisiensi bisnis.

“Perusahaan teknologi perlu menciptakan nilai, alih-alih menjadi mendisrupsi. Model bisnis yang bersifat disrupsi memiliki keterbatasan dapat tumbuh karena hanya memindahkan permintaan dari satu tempat ke tempat lain. Dengan collaboration with compassion GOTOKO, hadir tidak sebagai disruptor, melainkan sebagai enabler yang bertujuan memberikan nilai tambah lebih dengan menciptakan efisiensi bisnis,” ucapnya.

Gurnoor juga menekankan pentingnya kolaborasi digital bersama mitra ITF, meskipun memiliki segmen bisnis serupa. Dengan peran vital warung sebagai sarana perdagangan utama di Indonesia, transformasi digital bagi warung menjadi hal yang sangat penting terutama situasi-situasi menantang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement