REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim mencari dukungan dari koalisi pejawat dalam upaya untuk mendapatkan keunggulan atas lawannya Muhyiddin Yassin. Pemilihan umum yang berlangsung menghasilkan keputusan yang tidak pasti di parlemen.
Anwar mengatakan bertemu dengan beberapa pemimpin dari koalisi Barisan Nasional yang memimpin pemerintahan pada Senin (21/11/2022). Pertemuan itu membahas kemungkinan aliansi, meski Anwar mengaku belum ada keputusan yang dibuat.
Politikus senior asal Malaysia ini mengatakan sangat senang dengan pembicaraan tersebut. "Saya puas karena negosiasi ini adalah tentang perlunya membentuk pemerintahan yang stabil dan inklusif. Saya masih sangat optimistis bahwa kita akan dapat membentuk pemerintahan," katanya.
Sedangkan Barisan Nasional, menurut Anwar, akan bertemu dengan blok politik lain sebelum mengambil keputusan. Koalisi Anwar kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan telah memasuki fase negosiasi serius dengan Barisan Nasional.
Ketidakpastian atas pemerintahan baru tampaknya akan bertahan setidaknya untuk satu hari lagi karena Raja Malaysia Tengku Abdullah memperpanjang tenggat waktu bagi kubu politik untuk membentuk aliansi hingga Selasa (22/11/2022). Hasil pemilu pada (19/11/2022) tidak bisa memutus ketidakstabilan politik di negara Asia Tenggara yang telah memiliki tiga perdana menteri selama bertahun-tahun.
Aliansi Barisan yang dipimpin oleh partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) mengalami kinerja buruk dalam pemilu kali ini. Namun, kelompok yang telah lama menjadi kekuatan dominan di Malaysia ini akan memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang membentuk pemerintahan. Sebanyak 30 kursinya di parlemen adalah kunci bagi kedua kandidat untuk melewati 112 kursi yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas.