Kamis 24 Nov 2022 14:38 WIB

Laporan Terbaru WHO-CDC: Campak Sudah di Depan Mata untuk Jadi Ancaman Global

Satu hingga dua tahun ke depan jadi masa menantang dalam usaha mitigasi campak.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas menyuntikkan vaksin campak kepada seorang anak saat imunisasi door to door di Sukasari, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (13/8/2022). Pandemi Covid-19 telah menurunkan cakupan vaksinasi campak.
Foto: ANTARA/Fauzan
Petugas menyuntikkan vaksin campak kepada seorang anak saat imunisasi door to door di Sukasari, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (13/8/2022). Pandemi Covid-19 telah menurunkan cakupan vaksinasi campak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merilis sebuah laporan baru yang menunjukkan bahwa campak merupakan ancaman global yang sudah di depan mata. Campak memang sangat menular, namun hampir seluruhnya dapat dicegah melalui vaksinasi.

Kendalanya, pandemi Covid-19 telah menyebabkan penurunan cakupan vaksinasi dan surveilans untuk penyakit tersebut. Diperlukan cakupan vaksinasi 95 persen untuk mencegah wabah di antara populasi.

Baca Juga

"Ini rekor tertinggi, hampir 40 juta anak melewatkan dosis vaksin campak pada 2021 karena rintangan yang diciptakan oleh pandemi Covid-19," kata WHO dan CDC dalam pernyataan bersama.

"Walaupun kasus campak belum meningkat secara dramatis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sekaranglah waktunya untuk bertindak," ujar pemimpin eradikasi campak WHO, Dr Patrick O'Connor, seperti dilansir laman NBC News, Kamis (24/11/2022).

Menurut O'Connor, 12 sampai 24 bulan mendatang akan menjadi masa yang sangat menantang dalam upaya memitigasi campak. Ia menyebut kombinasi faktor-faktor, seperti penerapan jaga jarak fisik dan sifat siklus campak, dapat menjelaskan alasan belum ada ledakan kasus meskipun kesenjangan kekebalan telah melebar.

"Tetapi, kondisi itu dapat berubah dengan cepat karena sifat campak yang sangat menular," ujar O'Connor.

Badan kesehatan PBB telah melihat peningkatan wabah besar yang mengganggu sejak awal tahun, meningkat dari 19 menjadi hampir 30 pada September. Ia menyebut bahwa dia sangat khawatir tentang bagian sub-Sahara Afrika.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement