REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kantor berita Iran, Fars telah diretas pada Jumat (24/11/2022) malam. Fars mengatakan, situs webnya telah terganggu oleh operasi peretasan dan serangan siber yang rumit.
"Menghapus kemungkinan bug, dapat menyebabkan masalah untuk beberapa layanan agensi selama beberapa hari. Serangan siber terhadap kantor berita Fars dilakukan hampir setiap hari dari berbagai negara, termasuk wilayah pendudukan (Israel),” ujar pernyataan Fars, dilaporkan Alarabiya, Sabtu (26/11/2022).
Pada 21 Oktober, sebuah kelompok bernama Black Reward mengaku telah memperoleh dokumen terkait program nuklir Iran. Mereka menuntut pembebasan semua tahanan politik dan orang-orang yang ditangkap selama aksi protes nasional.
Kelompok peretas Black Reward memberikan ultimatum selama 24 jam. Setelah ultimatumnya berakhir, mereka merilis video pendek dari situs nuklir yang diklaim berada di Iran, termasuk dokumen di media sosial.
Pada 23 November, Organisasi Energi Atom Iran mengakui bahwa salah satu anak perusahaannya telah menjadi sasaran “negara asing tertentu”. Iran dan Israel, termasuk Amerika Serikat kerap saling menuduh melakukan serangan dunia maya.
Unjuk rasa anti-pemerintah mulai meletus pada September, setelah seorang wanita Kurdi, Mahsa Amini meninggal dunia dalam tahanan. Amini
ditangkap dan ditahan oleh polisi moral karena diduga menggunakan pakaian yang tidak sesuai aturan. Demonstrasi nasional sejak itu berubah menjadi pemberontakan nasional yang diikuti oleh berbagai macam kalangan mulai dari mahasiswa hingga dokter, pengacara, pekerja dan atlet. Sebagian besar pengunjuk rasa menunjukkan kemarahan pada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan menuntut rezim ulama untuk mundur.
Beberapa kerusuhan terburuk terjadi di daerah-daerah yang dihuni oleh kelompok etnis minoritas, termasuk wilayah Sistan-Baluchistan dan Kurdi. Wilayah Sistan-Baluchistan, dekat dengan perbatasan Pakistan dan Afghanistan. Wilayah ini adalah rumah bagi minoritas Baluch yang diperkirakan berjumlah hingga 2 juta orang. Mereka telah menghadapi diskriminasi dan represi selama beberapa dekade. Namun pemerintah Iran membantahnya.
Wilayah Sistan-Baluchistan adalah salah satu negara termiskin dan telah menjadi titik ketegangan antara pasukan keamanan Iran dan militan Baluch. Kantor berita aktivis HRANA menyatakan, 330 pengunjuk rasa tewas dalam kerusuhan, termasuk 50 anak di bawah umur. Tiga puluh sembilan anggota pasukan keamanan juga tewas, dan hampir 15.100 orang ditangkap.