Senin 28 Nov 2022 15:54 WIB

Kisruh Impor Beras, Harmonisasi Data Kian Mendesak

Pengamat menilai kisruh impor beras mendorong perlunya data valid neraca komoditas

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja menata karung berisi beras di Gudang Perum Bulog, Pulo Brayan Darat, Medan, Sumatera Utara. Persoalan pasokan beras kembali terjadi di akhir tahun ini sejak dalam tiga tahun terakhir situasi perberasan nasional cenderung kondusif. Ketidakakuratan data berujung pada opsi impor beras yang sensitif di tengah capaian Indonesia yang baru saja mencapai swasembada.
Foto: ANTARA FOTO/Fransisco Carolio
Pekerja menata karung berisi beras di Gudang Perum Bulog, Pulo Brayan Darat, Medan, Sumatera Utara. Persoalan pasokan beras kembali terjadi di akhir tahun ini sejak dalam tiga tahun terakhir situasi perberasan nasional cenderung kondusif. Ketidakakuratan data berujung pada opsi impor beras yang sensitif di tengah capaian Indonesia yang baru saja mencapai swasembada.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan pasokan beras kembali terjadi di akhir tahun ini sejak dalam tiga tahun terakhir situasi perberasan nasional cenderung kondusif. Ketidakakuratan data berujung pada opsi impor beras yang sensitif di tengah capaian Indonesia yang baru saja mencapai swasembada.

Pengamat Pangan, dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menuturkan, persoalan pangan belakangan ini sangat relevan dengan data yang valid khususnya Neraca Komoditas yang telah disusun oleh pemerintah.

Baca Juga

"Jadi dari sisi regulasi, ada kebutuhan mendesak untuk harmonisasi data pangan, informasi pangan. Lalu dari sisi proses perlu memastikan akuntabilitas neraca komoditas," kata Khudori dalam webinar, Senin (28/11/2022).

Asisten Deputi Kemenko Perekonomian, Tatang Yulio, mengatakan, neraca komoditas adalah data dan informasi situasi konsumsi dan produksi untuk kebutuhan penduduk dan keperluan industri.