REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam dr. Rudi Wisaksana, SpPD-KPTI.,PhD mengatakan bahwa Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) menyebabkan pasien mudah terinfeksi berbagai penyakit. Sebab, virus penyebabnya, yakni Human Immunodeficiency Virus (HIV), menyerang daya tahan tubuh.
"Karena dia menurunkan daya tahan tubuh, sebagai akibatnya kita mudah terinfeksi penyakit-penyakit lain," kata dokter yang berpraktik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung itu dalam bincang-bincang kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta, Senin (27/11/2022)
Rudi menjelaskan, AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV, di mana jumlah virus tersebut sudah sangat banyak dan sangat merusak sistem daya tahan tubuh. Ia mengatakan, infeksi oportunistik yakni infeksi akibat virus, bakteri, dan jamur, pada umumnya tidak berbahaya jika menjangkiti orang yang memiliki daya tahan tubuh baik. Namun, kondisi akan berbeda seseorang terkena HIV/AIDS.
"Jadi ketika sel (daya tahan tubuh) ini diserang (oleh HIV) dan jumlahnya jadi berkurang, daya tahan tubuh akan sangat rentan sehingga mudah ditembus bahkan oleh kuman yang sebetulnya dalam keadaan normal tidak berbahaya," ujarnya.
Menurut Rudi, HIV dapat ditemukan dalam berbagai cairan tubuh manusia seperti darah, cairan vagina, sperma, air susu ibu, hingga air liur. Penularannya pun dapat terjadi dengan berbagai cara, kecuali melalui air liur.
"Untuk dapat menular itu perlu syarat, yaitu jumlahnya banyak. Dalam air liur ada (virus HIV), tapi sangat sedikit untuk menular. Jadi tidak perlu takut tertular. Yang paling banyak di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, dan air susu ibu," jelas Rudi.
Maka, kata dia, penularan HIV terjadi melalui hubungan seks baik lewat vagina atau anal dengan partner yang berisiko, penggunaan jarum suntik yang sama secara bergantian dengan orang lain, dan transfusi darah. 0"Tapi kalau transfusi darah tentu dilakukan pencegahan oleh PMI sehingga darah yang ditransfusikan aman dari HIV," kata Rudi.
"Jadi yang berisiko adalah orang-orang yang menggunakan narkoba suntik di mana pakai jarum bergantian, pekerja seks atau orang yang punya partner seksual yang banyak dan berisiko serta tidak pakai kondom," imbuhnya.
Kemudian ibu hamil yang positif HIV, kata Rudi, dapat menularkan virus tersebut kepada bayi melalui tali plasenta. Selain itu, penularan juga dapat terjadi saat proses persalinan dan menyusui.
"Menariknya, sebagian besar ibu hamil tidak tahu suaminya perilakunya berisiko (HIV), misalnya pengguna narkoba atau pelanggan pekerja seks. Tentu para suami itu tidak memberi tahu istrinya dan dia bisa menularkan pada istrinya, kalau istrinya tidak tahu juga menularkan ke bayinya. Ini yang paling menakutkan," ujar Rudi.