Selasa 29 Nov 2022 14:30 WIB

Mengenal Sejarah Seni Qiraat

Qiraat merupakan cara menjaga kemurnian Alquran.

Infografis Alasan Ada Surah yang Terputus dalam Alquran. Ilustrasi Alquran
Foto: Republika.co.id
Infografis Alasan Ada Surah yang Terputus dalam Alquran. Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Alquran adalah pegangan hidup bagi semua umat Muslim. Di dalamnya tersusun ayat-ayat suci yang berisikan tentang pedoman untuk meningkatkan iman. Tak hanya suci, ayat-ayat Alquran pun sangat indah. Apalagi, jika dilantunkan dengan lagu yang tepat untuk lebih terdengar merdu. Inilah yang disebut seni qiraat.

Salah satu ahli qiraat Muammar ZA mengatakan, qiraat artinya adalah membaca dengan indah. "Karena, keindahan suara lantunan Alquran bisa memperindah Alquran yang sudah indah," ujarnya kepada Republika, pekan lalu.

Baca Juga

 Secara etimologi, qiraah merupakan mashdar dari kata kerja yang berarti membaca. Bentuk jamaknya yaitu qiraat. Qiraat muncul sebagai bentuk pemeliharaan kemurnian Alquran. Yang pertama kali melakukan qiraat adalah Rasulullah SAW. Bersama para sahabat, Rasulullah memelihara hafalan ayat-ayat suci Alquran dengan memperhatikan tafkhim (pensyahduan bacaan), tarqiq (pelembutan), imla (pengejaan), madd (panjang nada), qasr (pendek nada), tasydid (penebalan nada), dan takhfif (penipisan nada). Satu hal lagi yang menjadi perhatian adalah lajnah (dialek).

Muammar mengatakan, dari zaman Nabi, umat Muslim sudah diperintahkan untuk membaca Alquran dengan suara yang indah. "Di zaman Nabi, para sahabat suaranya bagus-bagus," ujarnya bercerita.

Alquran, menurutnya, adalah bahasa Arab yang tertinggi, tidak bisa dibandingkan atau diubah. Tapi, agar lebih indah lagi saat didengar, melagukannya dengan benar perlu dilakukan. Ada hadis yang mengatakan, "Hiasi Alquran dengan suaramu yang bagus".

Mangun Budiyanto dalam makalah yang ditulisnya “Qiraat dalam Alquran” menyatakan, asal usul munculnya macam-macam qiraat adalah karena adanya sekelompok orang, para sahabat Nabi, yang berbeda di zaman Rasul menekuni bacaan (qiraat) Alquran, mengajarkan, dan mempelajarinya. Mereka selalu ingin mengetahui ayat-ayat yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad, kemudian menghafalkannya. Terkadang, mereka juga membacakan ayat-ayat itu di hadapan Rasulullah agar disimak.

Sebagian dari para sahabat ini menjadi guru. Orang-orang yang belajar qiraat kepada mereka meriwayatkannya dengan menyebutkan sanadnya dan mereka sering menghafalkan qiraat yang diriwayatkan dari seorang guru. Penghafalan dan periwayatan seperti ini memang sesuai untuk masa itu karena tulisan yang digunakan pada waktu itu adalah tulisan kufi. Dalam tulisan ini, satu kata dapat dibaca dengan beberapa cara. Oleh karena itu, cara pembelajarannya harus belajar langsung kepada guru, kemudian menghafalkan, dan meneruskannya pada muridnya.

Selain itu, kebanyakan orang pada waktu itu masih buta huruf, tidak bisa tulis baca dan belum mengenal cara menjaga pelajaran selain menghafal dan meriwayatkan. Cara ini juga terus diikuti dalam masa-masa berikutnya.

Kelompok pertama para qori adalah dari kalangan sahabat Nabi yang tekun mengajar dan belajar pada masa hidupnya. Mereka itu, antara lain, Usman, Ali, Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas'ud dan Abu Musa al-Asy'ari. Para sahabat ini kemudian meneruskan ilmu qiraat ini kepada seluruh kaum Muslimin untuk sama-sama menjaga keaslian Alquran.

Karena yang menghafalkannya bukan satu orang saja, sering terjadi perbedaan-perbedaan dalam lantunan nada dan cara membacanya. Qiraat ini berbeda satu dengan lainnya karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula. Perbedaan ini berlanjut pada tingkat tabiin di setiap daerah penyebaran Islam masing-masing.

Hadis riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu 'Abbas dan riwayat Muslim dari Ubay bin Ka'ab menyatakan, memang kemudian qiraat ini muncul menjadi banyak ragamnya. Tapi, dengan adanya qiraat Alquran yang bermacam-macam tersebut (Sab'atu Ahruf), sebenarnya Allah bermaksud memberikan kemudahan bagi umat Islam yang tidak seluruhnya dapat membaca Alquran dengan sempurna. Kemudahan tersebut menunjukkan Islam dalam hal membaca Alquran dengan bahasa Arab tersebut, tidak memberikan beban yang berat bagi umatnya.

sumber : Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement