REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku tidak khawatir dengan pelemahan rupiah yang terjadi lantaran hal itu terjadi bukan karena ekonomi Indonesia yang buruk.
Luhut menilai pelemahan rupiah terjadi karena adanya faktor eksternal, yaitu kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, yang agresif dilakukan sepanjang 2022.
"Kalau nanti ada yang sampaikan The Fed kalau masih tekan, which is kayaknya enggak lagi, dia (rupiah) sampai Rp16 ribu, oke, kita nanti akan adjust (sesuaikan) lagi ke bawah. Jadi semua manageable (terkendali) , semua by design (terdesain), bukan karena ekonomi kita tidak bagus," katanya dalam Wealth Wisdom 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa.
Menurut Luhut, pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini pun dinilai sebagai suatu hal yang wajar akibat kenaikan suku bunga acuan The Fed. Ia penyebut hampir semua negara pun terpengaruh hal tersebut.
"Rupiah oke, Rp15 ribu is fine (bagus), nggak ada masalah. Karena bagaimanapun pressure (tekanan) itu, dari penaikan suku bunga The Fed, itu manapun negara di dunia terpengaruh. Tapi kita terpengaruh relatively kecil," katanya.
Luhut menyebut saat ini kepercayaan investor terhadap Indonesia sudah semakin baik. Jika dulu investor menilai Indonesia sebelah mata, tapi kini tidak lagi.
Oleh karena itu, ia terus mendorong investor untuk menanamkan modal di Indonesia sehingga turut mendukung ekonomi, termasuk memperkuat nilai tukar rupiah. "Tadi saya makan sama pengusaha-pengusaha Tiongkok ini, saya bilang, 'Ngapain taruh duitmu di Singapura, taruh saja di sini, rollover di Indonesia. Kami kan bagus'. Jawaban mereka, 'We'll do it' (akan kami lakukan itu). Ini akan perkuat perbankan dan ekonomi kita," katanya.