REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Selama beberapa hari, anak-anak di beberapa kota Prancis wilayah Beziers harus pulang tanpa merasakan makanan penutup di kafetaria. Terkadang mereka juga harus pulang dari sekolah tanpa keju atau makanan pembuka.
Direktur jenderal dewan lokal di kotamadya di Beziers, Agde, Yannick Hivin, mengatakan kepada media Prancis 20Minutes.fr buah pir yang menjadi makanan penutup di menu tidak dikirimkan pada pekan lalu. Pada Senin (28/11/2022) sore, produk susu ikut menghilang dari pengiriman.
"Ini adalah keputusan sepihak dari pemasok. Anak-anak tidak boleh disandera karena kenaikan harga pangan," ujar Hivin dikutip dari Anadolu Agency.
Orang tua siswa juga kesulitan menerima kondisi menu yang tiba-tiba menipis. "Yang mengganggu saya adalah Anda membayar untuk layanan yang tidak lagi disediakan," kata seorang ibu dari siswa sekolah.
Sedangkan seorang ayah mengatakan anaknya masih kelaparan sepulang sekolah. "Putri saya secara teratur memberi tahu saya bahwa dia sangat lapar," ujarnya.
Manajer umum pemasok kantin SHCB Thierry Pompanon mengatakan kepada media France Bleue pada pekan lalu bahwa perusahaannya tidak dalam mode pemerasan, tetapi dalam mode bertahan hidup. Pompanon menunjukkan harga telah ditekan oleh pemerintah kota selama bertahun-tahun.
Sekarang, kondisi harus membuat bisnis tanpa margin. Menurut manajer umum, SHCB kehilangan sekitar 100 ribu euro setiap bulan untuk pasokan ke Agde saja karena inflasi.
"Kami memiliki margin keuntungan antara tiga hingga lima persen paling baik. Kami memiliki pemasok yang menyampaikan kenaikan harga yang tidak dapat kami berikan kepada pelanggan kami," ujar Pompanon.