Rabu 30 Nov 2022 16:23 WIB

 China Selesai Bangun Teleskop Matahari Terbesar di Dunia, Kelilingnya 3 Kilometer

Teleskop DSRT terbesar di dunia membentuk lingkaran dengan keliling 3,14 kilometer.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Teleskop Radio Surya Daocheng (DSRT), yang terletak di dataran tinggi di provinsi Sichuan di barat daya China, terdiri dari 313 piringan.
Foto: VCG/VCG via Getty Images diambil dari space.c
Teleskop Radio Surya Daocheng (DSRT), yang terletak di dataran tinggi di provinsi Sichuan di barat daya China, terdiri dari 313 piringan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China telah menyelesaikan pembangunan teleskop terbesar di dunia. Teleskop baru ini didedikasikan untuk mempelajari matahari dan bagaimana perilakunya memengaruhi Bumi.

Teleskop Radio Surya Daocheng (DSRT), yang terletak di dataran tinggi di provinsi Sichuan di barat daya China, terdiri dari 313 piringan. Masing-masing dengan diameter enam meter, membentuk lingkaran dengan keliling 3,14 kilometer.

Baca Juga

Dilansir dari Space, Rabu (30/11/2022), DSRT difokuskan untuk mengamati jilatan api matahari dan ejeksi massa corona atau coronal mass ejections (CMEs) yang dapat mengganggu atau membebani elektronik dan mendatangkan malapetaka di atas Bumi.

CME dipicu oleh penataan kembali medan magnet yang terjadi di bintik matahari. Ketika mengarah ke Bumi, dapat mengancam jaringan listrik, telekomunikasi, satelit yang mengorbit, dan bahkan membahayakan keselamatan astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan stasiun luar angkasa Tiangong China dalam bahaya.

“Kami dapat meramalkan apakah badai matahari meledak ke arah Bumi,” Wu Lin, wakil kepala desainer, Ring Array Solar Radio Imaging Telescope Project, mengatakan kepada CCTV+.

Jika CME mengarah ke Bumi, ilmuwan akan dapat mengeluarkan peringatan dini untuk badai matahari. Dengan cara ini, kita dapat memberikan prakiraan lingkungan luar angkasa untuk pengoperasian normal satelit di luar angkasa dan jaringan listrik di darat.

Semburan matahari dan CME juga bertanggung jawab atas fenomena aurora warna-warni yang dapat dilihat di langit malam dekat daerah kutub. Colossal array akan memulai operasi percontohan pada Juni 2023, setelah menyelesaikan penyelarasan dan uji bersama.

“Kita sedang memasuki zaman keemasan astronomi matahari karena kita memiliki banyak teleskop surya besar yang online,” kata Maria Kazachenko, ahli fisika surya di University of Colorado, Boulder, kepada Nature.

Memiliki observatorium di China juga akan memberikan data penting tentang aktivitas matahari yang tidak terlihat oleh teleskop di zona waktu lain, tambah Ding Mingde, ahli fisika matahari di Universitas Nanjing. Dia menekankan pentingnya kerja sama global di bidang ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement