REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO -- Peraturan ketat Covid-19 di Cina telah membebani perlambatan pertumbuhan global. Karena melemahnya aktivitas ekonomi domestik dan mengganggu rantai pasokan manufaktur seluruh dunia.
Perlambatan ekonomi Cina memukul cukup keras Asia pasalnya aktivitas manufaktur di seluruh kawasan bulan November menyusut tajam.
Beberapa negara berkembang terpaksa menaikan suku bunga untuk mengatasi sumbatan aliran modal yang disebabkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Ini menimbulkan kerugian ekonomi mereka yang rentan.
Dalam Forum ASEAN+3 di Singapura, Gubernur bank sentral Jepang Haruhiko Kuroda mengatakan ia tidak melihat resiko besar Asia tiba-tiba kehilangan kepercayaan atau terjadi krisis finansial yang baru.
Namun ia memperingatkan agar negara-negara Asia tidak berpuas diri. Sebab kebijakan penyangga guncangan ekonomi beberapa negara menurun usai menggelontorkan banyak pengeluaran dalam upaya mengatasi dampak pandemi Covid-19.
"Gejolak pasar di Inggris baru-baru ini menunjukkan, reaksi anggota pasar pada keputusan kebijakan dan pengumuman dapat berdampak besar pada harga aset,"kata Kuroda yang pernah menjabat sebagai Kepala Bank Pembangunan Asia dan diplomat mata uang Jepang, Jumat (2/12/2022).
"Pembuat kebijakan negara (Asosiasi Negara Asia Tenggara) ASEAN harus mewaspadai resiko dan menawarkan komunikasi yang jelas, tepat dan tepat waktu untuk menghindari hasil yang tak diinginkan," katanya.
Sebelumnya Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan ASEAN "titik terang" di perekonomian global. Ekonomi ASEAN diproyeksi tumbuh 5 persen pada tahun ini dan naik sedikit pada 2023.