Sabtu 03 Dec 2022 09:54 WIB

Bogor Pertimbangkan Ganti Angkot Konvensional ke Listrik

Konversi angkot konvensional menjadi listrik untuk beralih dari ketergantungan BBM.

Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, mempertimbangkan mengkonversi atau mengganti angkutan umum kota (angkot) berbahan bakar minyak (BBM) dengan angkot berdaya listrik untuk mendukung langkah pemerintah pusat beralih dari ketergantungan energi fosil ke listrik.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, mempertimbangkan mengkonversi atau mengganti angkutan umum kota (angkot) berbahan bakar minyak (BBM) dengan angkot berdaya listrik untuk mendukung langkah pemerintah pusat beralih dari ketergantungan energi fosil ke listrik.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, mempertimbangkan mengkonversi atau mengganti angkutan umum kota (angkot) berbahan bakar minyak (BBM) dengan angkot berdaya listrik untuk mendukung langkah pemerintah pusat beralih dari ketergantungan energi fosil ke listrik. Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, Jumat (2/12/2022) mengatakan, konversi angkot BBM ke angkot listrik menjadi salah satu pilihan di saat angkot masih cukup banyak beroperasi, sementara angkutan bus yang menjangkau hingga ke wilayah-wilayah yakni Biskita Trans Pakuan masih terbatas dan sedang terus diupayakan.

"Bisa menjadi pilihan, tapi kita tetap butuh dukungan pemerintah pusat. Angkot BBM ke angkot listrik butuh berapa jika dikonversi," katanya.

Baca Juga

Dedie menyampaikan, pilihan itu muncul untuk program Pemerintah Kota Bogor dalam penataan transportasi yang selama ini cukup rumit mengatasi kemacetan. Namun, kini mulai membaik seperti sekitar area sistem satu arah (SSA) mulai Tugu Kujang, Pasar Bogor, Surya Kencana, Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, Lapangan Sempur hingga kembali ke Tugu Kujang.

Sebelumnya, mulai dari Tugu Kujang hingga Pasar Bogor selalu mengalami kemacetan panjang akibat angkot dan penumpangnya yang kurang tertib serta para pedagang kaki lima. Ditambah kondisi mobil angkot yang banyak sudah kurang laik jalan. Di samping itu, kata Dedie, Pemerintah Kota Bogor memiliki program untuk menyebarkan aktivitas masyarakat yang bertumpu di pusat kota mulai mengisi ke wilayah-wilayah perbatasan.

Oleh karena itu, konversi angkot menjadi penting untuk mengurangi volume kendaraan tersebut di pusat kota dan digantikan oleh Biskita Trans Pakuan. Sebagian angkot yang masih akan beroperasi di wilayah perbatasan pun perlu perubahan seiring kebijakan pemerintah pusat soal kendaraan listrik.

"Pertimbangan angkot listrik masih perlu pendalaman, sementara Biskita Trans Pakuan juga terus didorong untuk penambahan koridor," katanya.

Dedie menerangkan masih ada dua koridor Biskita Trans Pakuan yang siap mengkonversi angkot 3:1 namun masih menunggu koordinasi lebih lanjut dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Percepatan koridor 3 dan 4 pada skema BTS Bis Kita dianggap penting, dimana trayek yang dilayani pada koridor 3 adalah Terminal Bubulak - Sukasari/Lawang Gintung, sedangkan koridor 4 melayani Ciawi - Pomad/Ciparigi. Koridor 3 memiliki panjang koridor sebesar 25,4 kilometer, dan koridor 4 sepanjang 36,0 kilometer.

Bis Kita, sambung Dedie, kini sudah menjadi moda transportasi alternatif yang begitu diminati masyarakat, sehingga Pemkot Bogor masih memerlukan dukungan untuk menambah koridor. Total penumpang sampai dengan saat ini adalah 4.728.484 orang.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement