REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Kongres Peru melantik presiden baru di hari drama politik yang menjatuhkan Pedro Castillo dari kursi kekuasaan. Castillo diturunkan dalam sidang pemakzulan setelah ia berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan mencoba membubarkan Kongres.
Anggota parlemen mengabaikan upaya Castillo untuk menutup legislatif dengan dekrit. Kongres menggelar sidang pemakzulan, dengan 101 mendukung pemecatannya, enam menolaknya dan 10 abstain.
Hasilnya disambut dengan gembira dan legislatif meminta Wakil Presiden Dina Boluarte menjabat. Boluarte dilantik untuk menjabat sebagai presiden hingga 2026, ia perempuan pertama yang menjadi presiden Peru.
Ia mengajak semua pihak untuk menghentikan pertikaian demi mengatasi krisis politik. Boluarte berjanji kabinetnya yang terdiri dari berbagai garis politik. Ia juga mengkritik langkah Castillo mencoba membubarkan Kongres sebagai "percobaan kudeta".
Pada Rabu (7/12/2022) kepolisian nasional Peru membagikan foto Castillo sedang duduk tanpa borgol di sebuah kantor polisi setelah Kongres memilih untuk menurunkannya. Polisi mengatakan mereka "diintervensi" saat menjalankan tugasnya. Belum diketahui apakah Castillo ditahan atau tidak.
Sebelumnya Castillo mengatakan ia akan menutup sementara Kongres. Lalu menggelar "pemerintahan pengecualian" dan menyelenggarakan pemilihan legislatif yang baru.
Pernyataan ini mendorong sejumlah menterinya mengundurkan diri saat baik oposisi dan sekutunya menuduh presiden mencoba melakukan kudeta. Polisi dan Angkatan Bersenjata memperingatkannya untuk tidak mengambil mencoba membubarkan Kongres karena tidak konstitusional.
Terjadi beberapa unjuk rasa kecil di jalan-jalan. Di Lima, puluhan orang mengibarkan bendera Peru merayakan jatuhnya Castillo. Sementara di tempat lain di ibukota dan Kota Arequipa pendukungnya menggelar pawai. Salah satu papan protes bertuliskan "Pedro, rakyat bersamamu".
Kantor Pemerintah dan Kongres di Lima dikelilingi barikade baja. Puluhan petugas polisi berjaga-jaga dengan mengenakan helm dan tameng.