REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan harus puas dengan membawa medali perak dari Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2022 di Bogota, Kolombia, Kamis (8/12), setelah kembali kalah saing dari rival bebuyutannya Li Fabin asal China dalam perlombaan kelas 61kg.
Eko, juara dunia 2018, mencatatkan total angkatan 300kg dengan rincian snatch 135kg dan clean and jerk 165kg. Angkatan tersebut terlampau jauh dibanding peraih emas yang juga juara dunia Li Fabin, yang meraih total angkatan 312kg dengan snatch 137kg, demikian catatan IWF.
Li Fabin juga bahkan sukses mencetak rekor dunia clean and jerk yang sebelumnya dipegang Eko sejak Kejuaraan Dunia 2018 di Ashgabat. Li memperbarui rekor dunia clean and jerk dari yang semula 174kg menjadi 175kg.
Hasil yang didapat Eko di Bogota itu jauh dari yang diharapkan lifter berusia 33 tahun itu sebelumnya yang menargetkan total angkatan minimal 310kg, sama seperti yang pernah dia bukukan pada ajang International Fajr Cup 2020 silam, sekaligus menjadi rekor terbaik Eko dalam tiga tahun terakhir.
Lifter yang sudah tampil dalam empat edisi Olimpiade itu belum mampu menyamai catatan tersebut termasuk pada Olimpiade Tokyo 2021 lalu ketika Eko meraih perak setelah mencatatkan total angkatan 302kg (snatch 137kg dan clean and jerk 165kg), sedangkan Li Fabin membukukan total angkatan 313kg untuk kemudian meraih emas Olimpiade.
Meski demikian, Wakil Ketua Umum Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) Djoko Pramono mengaku bangga dan mengatakan bahwa Eko Yuli Irawan saat ini masih yang terbaik di kelasnya.
"Eko masih yang terbaik. Tinggal total angkatan 300kg perlu ditingkatkan lagi. Begitu juga Ricko Saputra yang nyaris meraih perunggu jika mampu mengangkat barbel seberat 165kg. Tapi perjalanan untuk mendapatkan kuota Olimpiade masih panjang," kata Djoko dalam keterangan yang diterima media di Jakarta, Kamis.
Adapun medali perunggu kelas 61kg Kejuaraan Dunia 2022 diraih oleh lifter Kolombia John Sherna yang memulai persaingannya di Grup B.